Manusia memiliki fitrah keyakinan di dalam dirinya. Keyakinan yang bertambah seiring umur yang bertambah. Dia meilihat langit, merasakan hembusan angin, menyentuh dingin air, mengalami pergantian malam dan siang. Pengalaman – pengalaman tersebut membuatnya menyadari bahwa manusia hanya bagian dari alam yang begitu luas. Dia berjalan ke timur tidak pernah bertemu dengan batasnya timur, ke barat pun sama, ke utara dan ke selatan sama saja. Dalam lelah dan perenungan mulailah mereka menyakinan kekuatan besar di luar diri mereka. Itulah keyakinan.
Baca juga : Materi Pembelajaran Bahasa Arab di Azzakiyyah
Awalnya keyakinan pada manusia sebatas pada kekuatan alam. Hingga percaya bahwa ada dewa pohonm ada dewa ular, ada dewa air, ada dewa matahari. Bertambah pengalaman dengan alam bergeser keyakinan pada yang lebih tinggi yaitu ruh. Ruh leluhur, ruh orangtua mereka yakini. Sampai pada keyakinan bahwa ruh orang meninggal tidaklah hilang ke tempat lain, melainkan hanya menempel di pohon besar atau batu besar di perkampungan. Kemudia bertambah lagi pengalaman mereka berkembang pula keyakinannya pada yang paling menguasai ruh, rajanya ruh. Maka munculnya nama – nama Gusti, Hyang, Tuan, Dewi, dll.
Alhamdulillah, kemudian bertambah lagi keyakinan hingga mempercayai satu diantara yang mereka yakini dengan pentunjuk rasul dan qur’an. Kenal Allah yang Esa, mereka pilih dan pegang kepercayaan itu. Maka itulah yang disebut dengan aqidah islam atau kepercayaan islam. Kepercayaan itulah yang hendak terus ditegakkan dan ditinggikan dalam kehidupan orang yang telah menyakininya. Ditegakan dala ilmu dan amal atas keyakinan bahwa Allah hanyalah satu – satunya tiada lain titik.
Baca juga : Refleksi Kepemimpinan Sontoloyo
Belajar menegakan dan memegang keyakinan iman di dalam hati itulah disebut dengan pelajaran aqidah. Aqidah tauhid, keyakinan yang diikat dalam satu saja, Laa ilaaha illallah. Mempelajarinya diawali dari keyakinan dan berproses dalam keyakakinan hinggga berhasil menguat keyakinanan. Mempelajari dengan mendengar, membaca, merasakan dan melihat keimanan dalam hati para pengajarnya. Memang kurikulum dalam ilmu ini sering tak terbatas dan sering meluas. Karena aqidah adalah inti dari agama itu sendiri.
Pesantren putri azzakiyyah mengajarkan aqidah sebagai tujuan utama dalam belajar al qur’an dan islam. Kesadaran bahwa tugas muslimah kedepan sangatlah mulia, mendidik putra – putra umat dan membersamai pemimpin umat. Aqidah kuat sangat diperlukan oleh muslimah. Mana mungkin kuat hati putra menerjang badai jika keyakinan rapuh di dalam dada. Mana mungkin besar hati para pemimpin umat jika keyakina kecil di dalam dada.
Sewaktu – waktu santriwati mendengarkan ceramah keimanan. Dikuatkan dalam dadanya di tanam dalam imanya keyakinan akan Allah dan hari akhir. Sewaktu – waktu santri diajak membuka kitab keimanan agar bertambah luas akalnya dan tajam hujahnya. Sewaktu – waktu santri diajak bertamu kepada tokoh yang telah terkristal iman dalam hatinya. Kita ajak santri merasakan iman yang ada di hati orantg – orang besar. Sewaktu – waktu kita ajak berjalan di pantai dan di gunung agar peka hatinya menangkap isyarat Allah dalam penciptaanya. Maka begitulah kami mengajarkan aqidah untuk santriwati kami. (azzakiyyah).
1 Comment
[…] Baca juga : Mengajarkan Aqidah/Keyakinan kepada Muslimah Di PPTQ Azzakiyyah […]