Usianya 60 tahun. Ia seorang buta huruf yang tak bisa baca tulis. Sepanjang hidupnya, ia tidak pernah mengecap pendidikan sekolah. Ia memfokuskan diri mengurus rumah tangga dan kehidupan 10 orang anggota keluarga yang terdiri dari laki-laki dan perempuan. Suaminya meninggal dunia karena penyakit akut yang ia idap. Orang-orang yang ada di sekitarnya lari darinya. Sehingga, ia menghadapi kondisi kemiskinan dan hutang yang menumpuk di hadapan banyak anaknya dengan berbagai ragam permintaan mereka. Ia tidak menggerutu ataupun menyerah. Sebab, ia sadar bahwa tugasnya adalah mulia ekaligus merupakan sebuah ke wajiban. Ia mendorong anak-anaknya untuk menjadi komponen yang baik dalam masyarakat melalui keberhasilan mereka meraih berbagai ijazah perguruan tinggi dengan pendapatan bulanan yang tak seberapa ia peroleh.
Anak-anaknya menikah dan masing-masing mereka sibuk dengan kehidupan barunya. Sang ibu mendapati banyak waktu kosong, la pun membentengi diri dengan Al-Quran yang mulia, Kondisinya yang buta huruf tidak menjadi halangan baginya. Bahkan, ia berusaha keras dan membeli sejumlah kaset murattal. Ia terus mendengarkan bacaan muratal tersebut dan berulang-ulang mengikuti bacaannya. Secara rutin pula ia mendatangi beberapa halaqah tahfizh yang ada di Thaif untuk memperdengarkan apa yang telah ia hafal kepada para pengajar di halaqah tersebut. Sang ibu terus dalam kondisi seperti ini. Hari demi hari, ia mendengar dan menghafal hingga dengan pertolongan Allah ia mampu meng hafal Al-Quran secara keseluruhan dalam usia 60 tahun.
Diambil dari Buku Kisah inspiratif para penghafal alquran karya Ahmad salim badwilan
(BEGE)