Sudahkah kamu mentaati gurumu pada hari ini?
‘’ketika guru bertanya kepada muridnya, apa yang kamu lihat? Murid menjawab; hanya sebatas titik hitam ditengah kertas. Dia tidak menyadari begitu banyak warnah putih di kertas ini’’
Ini adalah sebuah gambaran bahwa murid sering melihat sisi buruknya saja. Begitu banyak kebaikan seorang guru yang telah berikan. Mereka telah berkorban tenaga, pikiran untuk mendidik kita. Maka disebutkan oleh Hadratussyekh Muhammad Hasyim Asy’ari dalam kitabnya Adab al-Alim wa al-Muta’allim salah satunya di nomor ketiga. ‘’Murid hendaknya adalah pribadi yang mentaati arahan gurunya. Sami’na Waata’na, mendengar dan mematuhi apa pun yang diarahkan gurunya.’’ Ibarat pasien yang sakit, ia harus senantiasa mematuhi petunjuk dokternya. Berapa kali ia harus meminum obat dalam sehari, pola makan yang harus dijaga dan hal-hal lain yang diperintahkan oleh sang dokter. Demikian pula pelajar, bila ia ingin sembuh dari penyakit kebodohannya, ia harus menuruti resep pengajaran dari gurunya. Pasien yang susah diatur, banyak menentang dokternya, sulit bagi dia untuk sembuh.
Senada dengan pendapat KH Hasyim Asy’ari, dalam pandangan kaum shufi, posisi murid di hadapan gurunya, seperti jenazah di tangan orang yang memandikannya. Ia harus pasrah secara total, mau dimandikan dalam posisi bagaimanapun. Syekh Ibnu Hajar al-Haitami mengatakan:
“Seharusnya murid berpegangan kepada petunjuk gurunya, tunduk patuh atas segala perintah, larangan dan garis-garisnya, sehingga seperti mayit di hadapan orang yang memandikan, ia berhak dibolak-balik sesuka hati.” (Syekh Ibnu hajar al-Haitami, al-Fatawi al-Hadittiyah juz 1, hal. 56).
Sebagai murid seharusnya kita memandang guru kita dengan pandangan mulia. Karena keberkahan ilmu juga terletak pada rida seorang guru. Namun banyak orang tua yang melaporkan guru ke polisi karena anaknya mendapat sanksi. Begitupun murid yang kurang adab terhadap gurunya hingga tega mencelakakannya. Sebagai murid hendaknya memilik itikad yang baik terhadap gurunya, menganggap bahwa gurunya berada pada derajat kemuliaan.
Selalu ingat dengan kebaikan jasa-jasa gurunya yang selalu mengarahkan, membimbingnya, menanyakan kabar muridnya. Murid hendaknya mengenali hak gurunya, tidak melupakan jasanya, senantiasa mendoakannya, baik saat masih hidup atau setelah meninggal dunia. Juga perlu memuliakan kerabat, rekan dan orang-orang yang dicintai gurunya. Maka apa yang sudah kamu perbuat untuk gurumu hari ini? Sudahkah kamu berbuat kebaikan kepada gurumu? Sudah bertanya kabar padannya? Atau minimal mendoakan beliau?.
Tidak ada yang namanya bekas guru, walaupun kita sudah lulus dari pesantren, sekolah. Karena guru adalah seorang yang mulia, yang mengajarkan dan memberikan ilmu serta keteladanan kepada kita. Guru layaknya orang tua kita kedua, maka baiknya sebagai murid untuk bertutur kata yang baik, surat Al-Isra ayat 23-24;
“Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan “ah” dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia.”
Ayat ini mengajarkan kita untuk taat kepada orang tua, baik itu kandung maupun madrasah kedua yang mengajarkan kita hal-hal baik. Sehat selalu guruku.
Mas Arif (Santri Pondok Mahasiswa Azzakiyyah)