Jaman Jamaah dalam Jamaah
Sekarang memang bukan jamanya jamaah kaum muslimin. Tandanya banyak orang islam yang merasa belum jelas jika hanya dipanggil “jamaah muslimin”. Mereka merasa perlu diperjelas dengan sebutan “jamaah muslimin masjid Al Manar, jamaah mushola Al Huda, jamaah muslimin pesantren An Nur, jamaah pengajian Fatimah, dan jamaah komunitas Sedekah Berkah, jamaah ormas hisbul tin, dll. Bahkan memanggil seorang muslim dengan penyandaran pada “jamaahnya” dianggap sebagai adab dalam pergaulan dan bentuk menghargai seseorang dalam berorganisasi.
Sekarang jamannya jamaah dari jamaahnya kaum muslimin. Bukan kumpulan kaum muslimin lagi, tapi kumpulan jamaah kaum muslimin. Jamaah dalam jamaah. Maka tidak perlu heran jika dalam sebuah masjid ada kumpulan jamaah al kafian dan ada jamaah yasinan. Tak perlu kaget jika dalam sebuah sholat jamaah ada jamaah jarriyyah (mengeraskan bacaan bismillah) dan ada jamaah sirriyyah (memelankan bacaan bismillah). Ada jamaah ijo, ada jamaah biru, ada jamaah orange, ada jamaah hitam dalam satu masyarakat. Ini bagian dari perkembangan dan perubahan prilaku keagamaan islam di masyarakat.
Fakta – fakta ini akan mudah kita temui di masyarakat;
1. Seorang muslim bisa jadi dibina lebih dari satu guru atau ustadz, bahkan mungkin lebih banyak.
2. Seorang muslim bisa jadi terlibat kegiatan (menjadi anggota) atau berhubungan dengan lebih dari satu jamaah atau ormas.
3. Seorang muslim bisa jadi menjadi pimpinan di beberapa jamaah, pemimpin jamaah masjid A dan juga pemimpin ormas B.
4. Seorang muslim bisa jadi mendukung lebih dari satu gerakan dakwah yang diusung oleh lembaga yang berbeda.
5. Seorang muslim bisa jadi tidak mau dinisbatkan pada jamaah tertentu karena ia merasa terlibat di banyak jamaah yang berbeda, atau seorang muslim bisa jadi mengizinkan dinisbatkan pada jamaah tertentu karena merasa terlibat di banyak jamaah.
Maka jangan kaget kalau melihat fenomena “jamaah es campur” jamaah yang sepertinya campur campur dan beragam modelnya. Itu bagian dari fenomena sosial keagamaan di masyarakat yang muncul karena perubahan zaman.
Tugas kita, jika kita terlibat dalam suatu jamaah maka kuatkanlah dan besarkanlah jamaah yang kita terlibat di dalamnya. Karena jika jamaah tersebut menguat dan membesar semoga islam dan muslimin juga ikut kuat dan membesar. Jika kita terlibat lebih dari satu jamaah, maka dukunglah semua semampunya (sekuat tenaga), jangan dibenturkan dan jangan dikerdilkan (dikecilkan) salah satu diantaranya. Mengecilkan jamaah bisa berarti mengecilkan islam dan muslimin, apalagi jika jamaah tersebut besar. Jika kita menjadi pemimpin atau pengurus atau pejabat di jamaah tertentu, maka berusahlah untuk menyambungkan jamaah satu dengan yang lain, komunikasi dan koordinasi, agar tujuan jamaah dan tujuan islam dan tujuan muslimin bisa segera terwujud secara bersamaan. Jika kita merasakan ada jamaah yang ajaran menyimpang (menurut kita), bersabar dan bermusyawarah dengan jamaah lainya dan jamaah tersebut.
Agar kita dapat kejelasan, yang menyimpang sebenarnya jamaah kita atau jamaah mereka. Sambil disampaikan ke pihak – pihak yang memiliki kewenangan agar mendapatkan respon. Semoga dengan sikap yang baik dalam berjamaah diantara jamaah kaum muslimin kemenangan islam bisa segera terwujud dan kebaikan umat bisa tersebar lebih luas lagi. Aamiin Tulus Prasetyo