Inspirasi Amalan Al Qur’an
Rilis : Jum’at 3 Maret 2023
إِذْ رَءَا نَارًا فَقَالَ لِأَهْلِهِ ٱمْكُثُوٓا۟ إِنِّىٓ ءَانَسْتُ نَارًا لَّعَلِّىٓ ءَاتِيكُم مِّنْهَا
Ketika ia melihat api, lalu berkatalah ia kepada keluarganya: “Tinggallah kamu (di sini), sesungguhnya aku melihat api, mudah-mudahan aku dapat membawa sedikit daripadanya kepadamu (Thaha: 10)
Sepenggal ayat diatas adalah kisah yang Allah agungkan dalam al qur’an. Allah menetapkan kisah Nabi Musa sebagai kisah yang layak dijadikan pelajaran oleh Nabi Muhammad. Karenanya Allah buka dengan pertanyaan,
وَهَلْ أَتَىٰكَ حَدِيثُ مُوسَىٰٓ
Apakah telah sampai kepadamu kisah Musa? (Thaha: 9)
Kisah ini berawal dari perjalanan Nabi Musa dan keluarganya dari Madyan ke Mesir. Beliau dan keluarganya kehilangan arah sehingga sampai larut malam belum sampai. Dinginnya udara malam dan gelapnya membuat keluarga Nabi Musa gelisah. Hingga akhirnya Nabi Musa melihat ada cahaya (seperti api) di kejauhan. Kemudian nabi musa menyampaikan ke keluarganya, tinggalah kamu disini, saya akan mengambil api tersebut untuk penghangat dan penerangan kita. Kisah berlanjut hingga Nabi Musa bertemu Allah di sebelah bukit Thur.
Sepenggal kisah diatas memberikan kita keteladanan pada amalan penting. Amalan tersebut adalah amalan melayani keluarga. Membuat keluarga nyaman, aman, dan bahagia adalah amalan yang sangat penting. Nabi Musa berniat untuk mencari api karena niat amalan tersebut, beliau tidak ingin keluarganya kesusahan dalam kedinginan dan kegelapan malam.
Sudah sepantasnya bagi kita yang beriman untuk menjadikan keluarga adalah perioritas yang akan mendapatkan pelayanan terbaik kita. Tidak mungkin kita nomer duakan dengan yang lain dalam pelayanan dan perhatian. Rasulullah adalah anggota keluarga yang sangat perhatian pada keluarganya. Beliau adalah seorang kepala keluarga yang sukses dalam melayani keluarganya. Beliau bersabda;
خَيْرُكُمْ خَيْرُكُمْ لأَهْلِهِ وَأَنَا خَيْرُكُمْ لأَهْلِي
“Sebaik-baik kalian adalah orang yang paling baik bagi keluarganya. Dan aku orang yang paling baik bagi keluargaku” (HR. At Tirmidzi no: 3895 )
Apapun alasan kita jangan sampai mengesampingkan keluarga. Bisnis kita boleh jalan, tapi jangan sampai perhatian pada bisnis mengesampingkan keluarga kita. Profesi kita boleh terus maju, tapi jangan sampai mengejar kesuskesan profesi mengesampingkan keluarga kita. Dakwah kita boleh untuk tersebar kemana – mana, tapi jangan sampai karena alasan dakwah keluarga kita terkesampingkan.
Keluarga adalah pendukung utama kehidupan kita, kita dilahirkan dan dibesarkan di keluarga. Jika kita sukses di keluarga kemungkinan besar kita akan sukses dalam kehidupan kita. Jika kita gagal dalam melayani dan membina keluarga, kemungkinan besar kita akan gagal dalam kehidupan. Seandainya kita berhasil dalam kehidupan, pasti keberhasilan itu bukan hal yang indah karena harus mengorbankan keluarga.
Akhiran, semoga Allah mudahkan kita dalam meneladani kebaikan Nabi Muhammad Shalallahu Alaihi Wassalam dan Nabi Musa Alahis Salam dalam melayani keluarga dan memberikan yang terbaik untuk keluarga. Aamiin.
Ust. Tulus Prasetyo
Pesantren Azzakiyyah