Inspirasi Amalan Al Qur’an
Jati Diri Perintah Allah
قُلْ هَٰذِهِۦ سَبِيلِىٓ أَدْعُوٓا۟ إِلَى ٱللَّه
“Inilah jalan (agama)ku, aku dan orang-orang yang mengikutiku mengajak (kamu) kepada Allah” (Yusuf:108)
Bismillah, ayat diatas adalah sepenggalan dari ayat panjang yang berisikan perintah Allah kepada Nabi Muhammad shalallahu alahi salam. Allah perintahkan kepada nabi agar mengatakan bahwa nabi adalah utusan Allah dan mengajak kepada Allah adalah amanah nabi dan orang – orang beriman lainya yang mengikuti nabi.
Dalam hidup kita memerlukan kejelasan tentang peran apa yang sebenarnya kita ambil. Perintah untuk mengatakan ini ini jalanku, adalah perintah untuk ikrar kejelasan diri, pernyataan tentang jati diri. Dan ikrar tersebut perlu dinyatakan baik kepada diri sendiri dan orang – lain secara langsung maupun tidak langsung. Katakanlah “bisa berkata kepada diri sendiri” dan “bisa mengatakan kepada orang lain”.
Kejelasan tentang diri, jati diri ini akan menuntun kita pada pencapain – pencapain dalam kehidupan kita. Mereka yang jelas jati dirinya akan mengenali siapa dirinya sebenarnya, pengenalan akan dirinya akan membawa pada amaln – amalan yang akan dipilih dalam kehidupan. Amalan – amalan tersebut akan membawa pada “posisi” atau kedudukan – kedudukan tertentu pada kehidupan. Hingga akirnya ia mencapai kemaksimalan hidup sesuai dengan jati dirinya.
Secara sederhana, begini contohnya. Orang yang ikrar komitmen bahwa dirinya adalah seorang yang beriman, maka ia akan berusaha mengenali sifat – sifat orang beriman dan amalan – amalan orang beriman. Secara terus menerus ia akan mendalam karakter “orang beriman”, hingga mengantarakan dia pada kedudukan – kedudukan orang beriman. Dia akan berusaha dan beramal sesuai dengan maqomnya orang – orang beriman hingga maksimal dalam amalanya.
Komitmen pada jati diri juga akan membawa seseorang untuk berani menjauhi apa yang tidak berhubungan dengan jati dirinya atau bahkan merusak jati dirinya. Orang yang beriman akan meninggalkan dosa dan kemaksiatan secara sadar, karena amal – amal buruk itu bukanlah dirinya, bukanlah sifatnya, dan bukanlah karakternya.
Jika ada yang berkomitmen menjadi orang beriman tapi masih melakukan amalan – amalan yang bertentang dengan iman, itu menandakan bahwa jati diri sebagai orang berimannya masih rendah, masih kabur, dan belum jelas. Perl terus untuk dikuatkan, diterangkan, dan diperjelas.
Mari kita katakan dengan teguh sebenarnya siapa diri kita ini?. Apa kita adalah seorang muslim taat? Jika iya, mari katakan itu kepada diri dan komitmen menjalaninya. Apakah kita seorang guru yang bijak?, Apakah kita seorang murid yang setia?, Apakah kita seorang orangtua yang baik?, apakah kita adalah seorang anak yang sholeh?.
Apa komitmen kita dalam hidup ini?, Apa jati diri hidup kita?.
(Terinpirasi dari Pak H. Happy Trenggono, Presiden IIBF)
Tulus Prasetyo