SALAH satu kewajiban paling sederhana untuk dilaksanakan adalah bakti anak kepada orangtua, berbicara kepada mereka dengan baik dan sopan, menampakkan ekspresi ceria di depan mereka, memandang mereka dengan penuh kasih sayang dan hormat, tidak mengeluh dan menggerutu, bersikap rendah hati seperti kerendah-hatian burung di hadapan pemiliknya, memohon kepada Allah Swt. agar keduanya diberi pertolongan dan panjang umur, berupaya memenuhi kebutuhan mereka dan melayani kepentingan keduanya, menjaga kesehatan dan kebugaran mereka dengan ramah dan penuh kesopanan, tidak mengeluh, dan tidak geram. Jika seorang anak ditinggal mati oleh salah satu orangtuanya, kemudian ingin menikah lagi maka sebagai anak harus membantu dan mendukung. Jika orangtua butuh uang, anak yang sudah mapan ekonominya harus membantu dan menolong mereka, tidak boleh pelit dan kikir. Pemberian uang itu tidak boleh diambil dari zakat atau kafarat nazar, sebab uang itu diperuntukkan bagi orang fakir dan miskin.
Kewajiban menghormati orangtua berarti memberi mereka nafkah secara mandiri dengan tetap menjaga martabat mereka. Banyak pesan dan hadis tentang berbakti kepada orangtua, selama keduanya atau salah satu dari mereka masih hidup.
Allah Swt. berfirman, Katakanlah, “Marilah kubacakan apa yang diharamkan atas kamuoleb Tubanmu, yaitu janganlah kamu mempersekutukan sesuatu dengan Dia, berbuat baiklah terhadap kedua ibu bapak” (QS Al-An’am [6]: 151). Allah Swt. berfirman, Dan Kami wajibkan manusia (berbuat) kebaikan kepada dua orang ibu-bapaknya (QS Al-‘Ankabût [29]: 8).
Allah Swt. berfirman, Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia, dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu-bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan ‘ah’ dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia. Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan dan ucapkanlab, “Wahai Tuhanku, kasihilab mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil” (QS Al Isra’ [17]: 23-24).
Allah Swt. berfirman, Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu-bapaknya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapibnya dalam dua tahun. Bersyukurlab kepada-Ku dan kepada dua orang ibu-bapakmu (QS Luqman [31]: 14).
Allah Swt. berfirman, Kami perintahkan kepada manusia supaya berbuat baik kepada ibu bapaknya, ibunya mengandungnya dengan susah payah, dan melahirkannya dengan susah payah (pula). Mengandungnya sampai menyapihnya adalah tiga puluh bulan, sehingga apabila ia telah dewasa dan umurnya sampai empat puluh tahun ia berdoa, “Ya Tubanku, tunjukilah aku untuk mensyukuri nikmat Engkau yang telah Engkau berikan kepadaku dan kepada ibu-bapakku dan supaya aku dapat berbuat amal yang saleh yang Engkau ridhai; berilah kebaikan kepadaku dengan (memberi kebaikan) kepada anak cucuku. Sesungguhnya aku bertobat kepada Engkau dan sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang berserah diri” (QS Al-Ahqaf [46]: 15).
Selain memerintahkan berbuat baik kepada orangtua, ayat-ayat di atas juga berisi larangan durhaka kepada mereka, bersikap baik dan menyenangkan mereka, tidak membuat mereka marah, menyakiti dan menyusahkan mereka, karena perantara merekalah seorang anak lahir ke dunia. Merekalah yang berperan besar dalam mengasuh, mendidik, membimbing, dan memberi nafkah dalam waktu yang lama; mulai dari mengandung, melahirkan, masa kanak kanak, remaja, hingga dewasa. Sepengetahuan kami, anjuran yang bersifat normatif dalam Al-Quran lebih banyak berkenaan dengan perintah berbakti kepada orangtua serta larangan durhaka mendurhakai mereka. Perintah dan larangan tersebut selalu datang setelah perintah menyembah Allah Swt. dan larangan berbuat syirik.
Berikut beberapa hadis yang menegaskan perintah berbakti dan berbuat baik kepada orangtua. Sebuah hadis muttafaq ‘alaih dari Abu Abdurrahman Abdullah bin Mas’ud r.a. berkata, “Aku pernah bertanya kepada Nabi Muhammad Saw., ‘Apakah amal yang paling utama?’ Beliau menjawab, “Shalat di awal waktu.’ Aku bertanya lagi, ‘Kemudian apa?’ Beliau menjawab, ‘Bakti kepada kedua orangtua. “Kemudian aku bertanya lagi, ‘Kemudian apa?” Beliau menjawab, Jihad di jalan Allah.” Jadi, bakti kepada orangtua adalah hak manusia paling utama. Sementara itu, melaksanakan shalat wajib tepat pada waktunya adalah hak Allah Swt. yang paling utama sebelum jihad di jalan-Nya. Itulah pengorbanan paling mulia. Kedudukan ayah yang cukup besar dijelaskan dalam hadis basan shahih riwayat Imam Tirmidzi dari Abu Darda’ r.a. bahwa Rasulullah Saw, bersabda, “Orangtua adalah pintu surga yang paling tengah. Terserah, apakah engkau akan membiarkan pintu itu atau menjaganya.”
Adapun dalam aspek pengasuhan anak, urutan ibu lebih didahulukan sebanyak tiga kali daripada urutan ayah yang menempati urutan keempat setelah ibu, karena “Surga berada di bawah telapak kaki ibu. Sebuah hadis muttafag ‘alaih dari Abu Hurairah r.a. berkata, “Seorang laki-laki datang menemui Rasulullah Saw, dan bertanya, “Siapakah manusia yang paling berhak aku perlakukan dengan baik?” Beliau menjawab, “Ibumu.” Laki-laki itu bertanya, ‘Siapa lagi? Beliau menjawab, “lbumu. ‘la bertanya lagi, “Lalu siapa?” Beliau menjawab, Ibumu.” la kembali bertanya, “Lalu siapa? Beliau menjawab, Ayahmu. Sementara itu, dalam riwayat lain berbunyi: Abaka (dibaca manshub dengan membuang fiil-nya. Maksudnya: kemudian bakti kepada ayahmu). Imam Muslim meriwayatkan dari Abu Hurairah ra. bahwa Rasulullah Saw. bersabda, “Seorang anak tidak bisa membalas jasa ayahnya, kecuali ia mendapati ayahnya menjadi budak, kemudian ia membelinya dan memerdekakannya.”
Berbuat baik kepada orangtua sangat dibutuhkan ketika mereka sudah tua renta, lemah termakan waktu, sebagaimana dijelaskan dalam hadis riwayat Imam Muslim dari Abu Hurairah r.a.: “Sungguh merugi, merugi, dan merugi orang yang mendapati kedua orang tuanya atau salah satunya pada masa tua, namun ia tidak masuk surga.” Maksudnya, ia tersungkur ke tanah. Ini merupakan bentuk doa Nabi Muhammad Saw. tentang penghinaan dan kemiskinan, sekaligus sebagai bukti bahwa durhaka, menyakiti, atau memukul orangtua termasuk dosa besar yang pelakunya pasti bakal dimasukkan ke api neraka.
Salah satu pesan Nabi Muhammad Saw.; berbakti pada kedua orangtua hendaknya lebih didahulukan daripada jihad. Pesan itu terkandung dalam hadis muttafaq ‘alaih dari Abdullah bin Amru bin Ash r.a. berkata, “Seorang datang kepada Nabi Muhammad Saw. dan berkata, ‘Aku berjanji untuk ikut hijrah dan berjihad.’Nabi bertanya, Apakah engkau masih mempunyai orangtua yang masih hidup?’ Orang itu menjawab, Masih, bahkan dua-duanya masih hidup. Nabi bertanya lagi, Apakah engkau ingin mendapatkan pahala dari Allah Swt. Orang itu menjawab, “Mau.’ Nabi bersabda, ‘Pulanglah, temui orang tuamu, lalu berbuat baiklah kepada mereka berdua.”
Diambil dari Buku Akhlak Muslim karya Prof. DR. Wahbah Az-Zuhaili
(DM)