KELUARGA Islam saling mendukung satu sama lain, baik di kala suka maupun duka. Kompak dalam kondisi susah maupun senang, dan saling menyayangi, sebagaimana dijelaskan dalam ayat: Berkasih sayang sesama mereka (QS Al-Fath [48]: 29). Apabila semua keluarga kuat, seluruh bangsa (masyarakat) juga akan kuat. Musuh pun akan sulit menerobos barisannya, juga mencoreng kehormatan dan martabatnya. Oleh karena itu, Allah Swt. memerintahkan kita bersilaturahmi dan saling tolong-menolong mengatasi kesulitan.
Allah Swt. berfirman, Dan bertakwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan) nama Nya kamu saling meminta satu sama lain, dan (peliharalah) hubungan silaturahmi (QS Al-Nisa’ [4]: 1).
Allah Swt. menggambarkan orang-orang beriman dalam firman-Nya, Dan orang-orang yang menghubungkan apa-apa yang Allah perintahkan supaya dihubungkan, dan mereka takut kepada Tuhannya dan takut kepada bisab yang buruk (QS Al-Ra’d [13]: 21).
Sebagian besar ahli tafsir berpandangan, yang dimaksud ayat ini adalah silaturahmi. Salah satu dakwah yang pertama diserukan Nabi Muhammad Saw. berkenaan dengan silaturahmi. Hal itu dikatakan Abu Sufyan kepada Heraclius saat menanyakan elemen-elemen dakwah Nabi Muhammad Saw. kepada orang Arab, “Apa yang diperintahkan (Nabi Muhammad Saw.) kepada kalian?” Abu Sufyan menjawab sebagaimana disitir dalam hadis muttafaq ‘alaib-, “Beliau memerintahkan kami untuk shalat, menjaga kesucian, dan menjalin silaturahmi.”
Perintah bersilaturahmi yang diserukan Nabi Muhammad Saw. tersebar dalam beberapa hadis, antara lain muttafaq ‘alaih dari Abu Hurairah ra. bahwa Rasulullah Saw. bersabda, “Siapa saja beriman kepada Allah dan bari akhir maka hendaklah ia memuliakan tamunya. Siapa saja beriman kepada Allah dan bari akbir maka hendaklah ia bersilaturahmi. Siapa saja beriman kepada Allah dan bari akhir maka hendaklah ia berkata baik atau diam. “Hadis ini menjelaskan bahwa memuliakan tamu, bersilaturahmi, bertutur kata yang baik, santun, dan lembut, serta menjauhkan perbuatan keji adalah tanda-tanda iman kepada Allah Swt. dan hari akhir.
Sebagai balasan bersilaturahmi, Allah Swt. akan melimpahkan kasih sayang dan karunia Nya. Sebaliknya, sebagai balasan memutus tali silaturahmi, Allah Swt. akan memutus hubungan-Nya dengan manusia, memasang penghalang dengannya, dan menarik karunia Nya. Demikian itu dinyatakan dalam hadis muttafaq ‘alaih dari Abu Hurairah r.a. bahwa Rasulullah Saw. bersabda, “Sesungguhnya Allah Swt. telah menciptakan makhluk. Apabila sebagian dari mereka selesai diciptakan, rahim berdiri dan berkata, ‘Apakah ini tempat bagi yang berlindung kepada-Mu dari memutus memutus silaturahmit Allah menjawab, ‘Benar. Relakah kamu bila aku menjalin silaturahmi dengan orang yang menjalin silaturahmi denganmu, dan aku akan memutus silaturahmi dengan orang yang memutus silaturahmi denganmut Rahim itu menjawab, “Aku rela. Allah berfirman. “Yang demikian itu untukmu.” Selanjutnya, Rasulullah Saw. membaca ayat: “Maka, apakah kiranya jika kamu berkuasa, kamu akan membuat kerusakan di muka bumi dan memutuskan bubungan kekeluargaan? Mereka itulah orang-orang yang dilaknati Allah dan ditulikan-Nya telinga mereka dan dibutakan-Nya penglihatan mereka” (QS Muhammad [47]: 22-23). Sementara itu, dalam riwayat Imam Bukhari disebutkan bahwa Allah Swt. berfirman, Siapa saja yang menyambung silaturahmi denganmu maka Aku akan menyambung silaturahmi dengannya. Siapa saja yang memutuskan silaturahmi denganmu maka Aku akan memutuskan silaturahminya. Hubungan dengan Allah Swt. merupakan metafora tentang betapa besarnya kebaikan yang Dia limpahkan. Sementara itu, pemutusan dari Allah Swt. menggambarkan penarikan karunia-Nya. Bincang-bincang dengan rahim bisa jadi benar, karena Allah Swt. Mahakuasa atas segala sesuatu. Namun, bisa juga bersifat kontekstual (bi lisän al-hål). Dalam arti kata, andai ia berbicara maka pembicaraannya akan seperti itu.
Silaturahmi memiliki manfaat materiil yang cukup besar, yaitu: memanjangkan umur, melapangkan rezeki, menjaga kesehatan, memelihara nama baik, menikmati keturunan yang saleh, merasa bahagia dan tenang. Sebuah hadis muttafaq ‘alaih dari Anas r.a. bahwa Rasulullah Saw. bersabda, “Siapa saja ingin diluaskan rezekinya dan dipanjangkan umurnya maka hendaklah ia menyambung silaturahmi.”
Dengan kata lain, kematiannya akan ditunda. Adapun balasan terbesar bagi yang menyambung silaturahmi adalah surga. Sebuah hadis muttafaq ‘alaib dari Ayyub Khalid bin Zaid Al-Anshari r.a. berkata, “Seseorang bertanya, ‘Wahai Rasulullah, beri tahu aku; apakah amal yang membuatku masuk surga dan menjauhkanku dari neraka?’ Rasulullah Saw. menjawab, Menyembah Allah dan tidak menyekutukan-Nya dengan apa pun, melaksanakan shalat, menunaikan zakat, dan menjalin silaturahmi.”
Oleh karena itu, Nabi Muhammad Saw. menganjurkan kita untuk bersilaturahmi. Selain itu, memperingatkan kita untuk tidak memutusnya. Sebuah hadis muttafaq ‘alaih dari Aisyah r.a. mengatakan bahwa Rasulullah Saw. bersabda, “Rabim (kekerabatan) itu tergantung di Arsy. la berkata, “Siapa saja yang menyambungku, Allah akan menyambungnya. Dan, siapa saja yang memutuskanku, Allah akan memutuskannya.”
Menyambung silaturahmi harus selalu dilakukan tanpa putus, sebagaimana dijelaskan hadis riwayat Imam Bukhari dari Abdullah bin Amru r.a.dari Nabi Muhammad Saw. bersabda, “Silaturahmi yang menggantung di Arsy berkata, “Siapa saja yang menjalin silaturahmi denganku maka Allah akan menjalin hubungan dengannya. Siapa saja yang memutuskan silaturahmi denganku maka Allah akan memutuskan hubungan dengannya.”
Memutuskan hubungan silaturahmi termasuk dosa besar yang mendatangkan siksaan pedih. Imam Muslim meriwayatkan dari Abu Hurairah r.a. bahwa seorang laki-laki menemui Rasulullah Saw, seraya berkata, “Wahai Rasulullah, aku punya kerabat. Aku menjalin silaturahmi dengan mereka, tetapi mereka justru memutus hubungan denganku. Aku berbuat baik kepada mereka, tetapi mereka justru berbuat jahat kepadaku. Aku bersikap santun kepada mereka, tetapi mereka justru membodohiku?” Beliau menjawab, “Jika yang engkau katakan itu benar, berarti engkau telah memberi mereka abu panas. Allab senantiasa menolongmu terhadap mereka, asalkan engkau konsisten seperti itu.”
Sementara itu, bersedekah kepada kerabat dekat (arham) bernilai pahala dua kali lipat. Sebab, selain mengandung pahala sedekah, juga bernilai pahala silaturahmi. Imam Tirmidzi meriwayatkan hadis basan dari Salman bin Amir r.a. dari Nabi Muhammad Saw. bersabda, Jika salah seorang di antara kalian berbuka puasa, bendaklah ia berbuka dengan kurma. Sebab, kurma itu mengandung keberkahan. Namun, jika kalian tidak mendapatkan kurma sebutir pun, minumlab air, karena air itu suci.”Beliau juga bersabda, “Sedekah kepada orang miskin itu bernilai satu pabala, sedangkan kepada kerabat mengandung dua pabala: sedekah dan silaturahmi.”
Menyambung tali silaturahmi sangat dianjurkan, termasuk dengan lelaki atau perempuan musyrik. Sebuah hadis muttafaq ‘alaih dari Asma’ binti Abu Bakar r.a. berkata, “Ibuku mendatangiku, sedangkan ia seorang perempuan musyrik di zaman Rasulullah. Aku pun meminta fatwa kepada Rasulullah Saw. Aku berkata, “Ibuku datang dan meminta sesuatu dariku. Bolehkah aku menyambung silaturahmi dengan ibuku?’ Beliau bersabda, “Ya. sambunglah silaturahmi dengan ibumu.”
Diambil dari Buku Akhlak Muslim karya Prof. DR. Wahbah Az-Zuhaili
(DM)