DI antara anugerah dan rahmat Allah Swt., Dia menciptakan ragam cara melakukan kebaikan, semuanya disesuaikan dengan keadaan masing-masing orang. Orang kaya yang pandai bersyukur mendermakan hartanya di berbagai kebaikan, seperti membantu orang yang sengsara atau membutuhkan, menolong janda atau orang miskin, membantu orang sakit atau orang lemah, menyelamatkan keluarga dari kemiskinan, dan atau mengawinkan pemuda yang ingin menjaga kesuciannya.
Orang miskin juga berhak mendapatkan kemuliaan dan pahala yang setimpal dengan orang kaya. Cara yang bisa ia tempuh antara lain: bertasbih, bertahmid, dan bertakbir kepada Allah Swt., serta shalat berjamaah. Kalangan menengah bisa menggabungkan keduanya. Caranya, bisa dengan bersikap baik terhadap orang lain, memasang wajah ceria ketika berjumpa sesama, membantu keperluan mereka, bertutur kata yang baik, tidak menyakiti seseorang atau kelompok, berkarya, menyuruh kebaikan atau mencegah kemungkaran. Semua ini termasuk jenis kebaikan. Allah Swt. berfirman, Dan apa saja kebajikan yang mereka kerjakan maka sekali kali mereka tidak dihalangi (menerima pahala)nya.
Dan Allah Maha Mengetahui orang-orang yang bertakwa (QS Ali ‘Imran [3]: 115).Allah Swt. berfirman, Kepada-Nya-lab naik perkataan-perkataan yang baik dan amal yang saleh dinaikkan-Nya (QS Fäthir [35]: 10).Kedua ayat ini berbicara tentang amal baik, secara prinsip maupun simbolis. Dalam keduanya ada yang bersifat global, ada pula yang singkat dan perlu dijelaskan oleh beberapa hadis. Salah satunya, diriwayatkan oleh Abu Dzarr bin Jundub bin Junadah r.a. bahwa beberapa sahabat berkata kepada Rasulullah Saw, “Orang-orang berharta banyak mendapatkan pahala. Padahal, mereka shalat, kami juga shalat. Mereka berpuasa, kami juga berpuasa. Akan tetapi, mereka bisa bersedekah dengan harta yang dimiliki.” Mendengar hal itu beliau bersabda, “Bukankah Allah telah menjadikan untuk kalian sesuatu yang dapat disedekahkan? Setiap tasbih adalah sedekah. Setiap takbir adalah sedekah. Setap tahmid adalah sedekah. Setiap tahlil adalah sedekah Menyuruh kebaikan adalah sedekah. Mencegab kemunkaran adalah sedekah, bahkan menggauli istri kalian juga tergolong sedekah. Mereka bertanya, “Wahai Rasulullah, jika kami melampiaskan nafsu syahwat, apakah juga mendapatkan pahala?” Beliau balik bertanya, “Menurut kalian, bagaimana jika ia melampiaskan nafsunya pada tempat yang haram? Bukankah ia berdosa? Nah, jika ia melampiaskannya pada tempat yang halal maka tentu ia mendapatkan pahala.
Hadis ini menunjukkan keluasan makna ibadah. Ibadah mencakup segala bentuk perbuatan baik yang dilandasi dengan niat yang juga baik. Bahkan, mencakup seluruh tindakan meninggalkan dosa. Selain itu, hadis tersebut juga menunjukkan antusiasme umat Islam untuk berlomba-lomba melakukan kebaikan dan ketaatan. Sesungguhnya rahmat Allah Swt. itu sangat dekat dengan orang-orang yang berbuat baik dan menyuruh kebaikan yang sangat dianjurkan agama, serta orang-orang yang mencegah kemungkaran yang sangat dilarang agama.
Berikut ini beberapa hadis yang berbicara tentang ragam kebaikan. Imam Muslim meriwayatkan dari Jundub bin Junadah r.a. bahwa Rasulullah Saw. bersabda kepadaku, Jangan pernah meremehkan kebaikan apa pun, meskipun sekadar menjumpai saudaramu dengan wajah berseri.” Maksudnya, tersenyum dan menampakkan kegembiraan. Hadis ini menunjukkan bahwa bentuk kebaikan itu banyak sekali, mulai dari yang sederhana sampai yang sempurna. Selain itu, menunjukkan bahwa membuat orang lain senang hukumnya sunnah. Sebab, tindakan semacam itu menebar keharmonisan dan kasih sayang antar sesama Muslim, baik sebagai satu keluarga kecil maupun keluarga besar Islam.
Senada dengan hadis di atas, dalam Ash-Shahihain disebutkan sebuah hadis dari Abu Hurairah r.a. bahwa Rasulullah Saw. bersabda, “Wahai muslimah, janganlah seorang tetangga meremehkan tetangga yang lain, kendati hanya dengan tulang kambing.” Hadis ini mengandung anjuran bertukar hadiah antar tetangga, meskipun nilainya tidak seberapa. Sebab, hadiah menghilangkan rasa permusuhan, kebencian, dan dendam. Sebaliknya, memunculkan cinta dan kasih sayang. Selanjutnya, memperkuat ikatan cinta dan kerja sama di antara mereka.
Hadis lain diriwayatkan Imam Bukhari dan Imam Muslim dari Abu Hurairah ra, bahwa Rasulullah Saw. bersabda, “Setiap persendian manusia wajib disedekahi, setiap hari selama matahari terbit: mendamaikan dua orang yang berselisih adalah sedekah. Membantu seseorang yang kendaraannya bermasalah hingga bisa dikendarai, atau menaikkan barang-barangnya ke ataskendaraan adalah sedekah. (Mengucapkan) kalimat yang baik adalah sedekah. Setiap langkah yang diayunkan menuju masjid untuk mendirikan shalat adalah sedekah. Dan, menyingkirkan sesuatu yang membahayakan dari jalan adalah sedekah.” Dalam Ash-Shahihain ada pula hadis yang diriwayatkan dari Abu Hurairah r.a. tentang keutamaan pergi ke masjid: “Barang siapa pergi ke masjid, baik pagi maupun petang maka Allab menyediakan baginya sebuah tempat tinggal di surga, setiap kali ia pergi pagi maupun petang.”
Selain itu, Imam Muslim meriwayatkan dari Aisyah r.a. bahwa Rasulullah Saw. bersabda, “Setiap anak cucu Adam diciptakan padanya tiga ratus enam puluh persendian. Barang siapa bertakbir, bertahmid, bertasbih, beristigfar, menyingkirkan batu, duri, atau tulang dari jalan, menyuruh kebaikan atau mencegah kemungkaran maka akan dibitung sejumlah tiga ratus enam puluh persendian. Pada hari itu ia berjalan, membebaskan dirinya dari api neraka.”
Hadis ini menghimpun berbagai jenis kebaikan dan ketaatan. Di antara itu semua, yang paling penting adalah mendamaikan dua orang yang berselisih dan menjaga shalat berjamaah di masjid. Nilai ibadah fisik tersebut sama dengan sedekah harta, sama-sama membuahkan pahala.
Diambil dari Buku Akhlak Muslim karya Prof. DR. Wahbah Az-Zuhaili
(DM)