وكانوا فى الزمان الأول يتعلمون الحرفة ثم يتعلمون العلم حتى لايطمعوا فى أموال الناس.
“Dahulu di generasi awal, orang-orang mempelajari keterampilan profesi terlebih dahulu, baru kemudian mereka belajar ilmu, sehingga mereka tidak tamak terhadap harta manusia.”
Demikianlah para ulama kita mencontohkan. Baik penuntut ilmunya atau pun ulamanya, harus mandiri secara finansial agar tak perlu meminta-minta kepada orang lain sehingga bisa menjaga muruah dirinya dan juga ilmu yang dibawanya.
Oleh karena itulah, akan kau dapati banyak dari para ulama yang mereka lebih terkenal dengan nama pekerjaannya daripada nama aslinya.
Misalnya Al-Imam Al-Barbahari. Barbahari merupakan nisbah kepada barbahar, semacam obat-obatan yang berasal dari India, yang merupakan barang dagangan Imam Barbahari. Bapaknya Ibnu Qoyyim Al-Jauziyah juga merupakan seorang ulama. Digelari sebagai Qoyyim Al-Jauziyah karena beliau berprofesi sebagai Qoyyim (penjaga) sebuah sekolah yang bernama Al-Jauziyah. Bapaknya Al-Hafizh Adz-Dzahabi, juga merupakan seorang yang berilmu. Beliau digelari sebagai Adz-Dzahabi karena profesinya sebagai tukang emas (dzahab) dan profesi ini dilanjutkan oleh anaknya, yaitu Al-Hafizh Adz-Dzahabi.
Juga, tak akan susah jika kita ingin mencari jawaban apa pekerjaan para ulama besar semacam Said bin Musayyib, Ibnul Mubarak, Abu Hanifah, dan lainnya—karena memang mereka memiliki pekerjaan.