Bismillah, sambil menunggu masa depan kedua negara yang bertentanggaan kita murojaah beberapa adab dan akhlak dalam bertetangga.
Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda;
خَيْرُ ْلاَصْحَابِ عِنْدَ اللهِ خَيْرُهُمْ لِصَاحِبِه ، وَخَيْرُ الْجِيْرَانِ عِنْدَاللهِ خَيْرُهُمْ لِجَارِه .
“Sebaik-baik sahabat di sisi Allah adalah yang terbaik di antara mereka terhadap sahabatnya. Dan sebaik-baik tetangga di sisi Allah adalah yang terbaik di antara mereka terhadap tetangganya.”
1. Tetangga yang terdekat, yang rumahnya berdempetan (denganmu) mempunyai hak yang lebih besar dari tetangga yang lebih jauh, dari Aisyah radhiallahu anha menceritakan:
Aku bertanya: Wahai Rasulullah SAW aku mempunyai dua orang tetangga, siapakah yang paling berhak aku berikan hadiahku baginya? “Kepada tetangga yang terdekat.
2. Diharamkan menyakiti tetangga, berdasarkan sabda Nabi Muhammad shallallahu alaihi wasallam;
وَمَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللهِ وَاْليَوْمِ الآخِرِ فَلْيُكْرِمْ جَارَهُ
“Barangsiapa yang beriman keapda Allah dan hari akhir maka hendaklah dia tidak menyakiti tetangganya”
3. Tidak menyebarkan rahasianya, menundukkan padangan di hadapan mahromnya dan memberikan hadiah baginya.
4. Memberikan ucapan selamat baginya dalam kesenangan dan menghiburnya dalam kesusahan.
5. Seseorang tidak sepantasnya kenyang sementara tetangganya kelaparan, berdasarkan sabda Nabi shallallahu alaihi wasallam:
لَيْسَ الْمُؤْمِنُ الَّذِيْ يَشْبَعُ وَجَارُهُ جَائْعٌ إِلٰى جَنْبِهِ
“Bukanlah seorang yang mu’min orang yang merasa kenyang sementara tetangganya kelaparan di sampingnya”
6. Menasehati, mengarahkannya pada kebaikan, menyerunya pada perbuatan ma’ruf dan mencegahnya dari kemungkaran dengan penuh hikmah, mau’izhah hasanah tanpa maksud membeberkan kesalahan atau mengucilkannya, dan tidak mencari-cari kesalahannya, senang dengan kekhilafannya, serta menutup diri dari kekeliruan dan kesalahannya.
Diambil dari Adabul Jawaar, Majid bin Su’ud al-‘Ausyan