Ia telah hafal Al-Quran ketika berusia 64 tahun. Beban hidup tidak menyibukkan dan melenakan dirinya dari meneruskan tugas nya untuk menjadi salah seorang dewan pengajar tahfizh Al-Quran guna menjadi contoh dan panutan di hadapan generasi muda dan membuka kekuatan cahaya bagi siapa saja yang menjadi mangsa buta huruf dan kebodohan. Ia menegaskan bahwa semangat dan keistiqamahan dapat melawan buta huruf beserta bahayanya serta dapat meletakkan komunitas muslim. yang baik dalam membangun fondasi sebuah la hidup dalam kebahagiaan dan ketenangan setelah meng hafal Al-Quran dan mendapat pujian dari orang-orang di sekitar nya atas usaha keras, semangat dan keteguhannya.
Ia menjadi salah satu pengajar Al-Quran senior sehingga ia memiliki sejumlah murid dan lulusan, meski usianya telah mencapai 64 tahun. Ummu Sulaiman menuturkan, “Saya hidup di lingkungan yang baik. Masyarakatnya saling berlomba untuk mencari ilmu. Ayahku -semoga Allah merahmatinya sangat menaruh perhatian untuk mendidik kami sejak kecil. Ia memiliki komitmen agar kami mempelajari ilmu-ilmu syar’i. Di waktu pagi dan siang hari kami mempelajari berbagai ilmu syar’i lebih banyak dan menghafal Al Quran secara kontinyu hingga saya mampu menghafalnya secara sempurna sedangkan waktu itu saya berumur 12 tahun. Ayahku menginginkan kami untuk merasa tenang. Maka, saya menikah dan melahirkan banyak anak.
Tanggungan dan per mintaan dari mereka sangat banyak, sehingga seolah-olah saya seperti mesin penggiling bagi mereka. Di sela-sela waktu kosong saya menggunakan kesempatan untuk membaca Al-Quran setiap harinya 2 juz atau lebih, hingga saya mampu mengkhatamkan 10 kali selama bulan Ramadhan. Ketika anak-anak menikah, saya merasakan waktu banyak yang kosong. Maka, saya mengisinya dengan membaca dan menghafal setelah mendapat motivasi dari putri tertua saya.” Ummu Sulaiman menyebutkan sejumlah kesulitan yang ia hadapi, “Saya mendapati kesulitan menghafal di usia tua serta kurang bisa memahami. Namun, saya tidak putus asa atau merasa bosan. Saya terus menaruh harapan kepada Allah. Hatiku senantiasa bergantung kepada harapan yang agung ini. Berkat karunia Allah, saya mampu mewujudkan angan-anganku.
Diambil dari Buku Kisah inspiratif para penghafal alquran karya Ahmad salim badwilan
(BEGE)