Mari Kita Kalahkan Siapa?
Bismillah. Sering dalam pembinaan dakwah kita yang muda – muda dimotivasi dengan cerita peperangan. Peperangan suci yang tujuanya membela kebenaran dan mengalahkan kebatilan. Dalam pandangan psikologi hal ini memang efektif untuk meningkatkan rasa kompetisi. Sehingga kita ingin segera memperbaiki diri dan ingin berlomba dengan yang lain dan ingin mengalahkan siapapun yang kita anggap lawan. Pendekatan seperti ini memang ada dan hasilnya cukup baik untuk menggelorakan semangat keislaman pemuda.
Menggunakan narasi menang dan kalah dalam dakwah seperti orang berbeperang memang bisa. Apalagi banyak contohnya dalam sejarah kanabian. Hanya perlu diingat jika perang di zaman kenabian jelas siapa lawanya jelas siap musuhnya. Jelas siapa yang ikut nabi jelas siapa yang memusuhi rasulullah. Sehingga kita matian – matian membela akan jelas pula membela nabi atau membela musuh nabi. Sehinga jelas jika kita membela nabi, jika mati benar – benar mati syahid, jika rugi benar – benar fi sabillah, jika sakit benar – benar pengorbanan untuk dakwah.
Beberapa pihak memang kawatir jika narasi perang digunakan sebagai pendekatan utama dalam dakwah. Kekawatiranya jika analisa, pemahaman, dan pengenalan kita pada siapa yang batil, siapa yang musuh, dan siapa yang lawan tidak dengan hikmah. Sangat mungkin yang harusnya kawan kita jadikan musuh, yang musuh kita jadikan kawan, yang batil kita benarkan, dan yang benar kita batilkan. Semua sangat mungkin terjadi dalam kondisi umat seperti saat ini, umat yang sudah sangat jauh dilemahkan dan disakitkan oleh berbagai macam penyakit keduniaan yang menimpa iman, ilmu dan amal.
Kata perang tidak mungkin kita hilangkan dalam sejarah kita. Jika kata perang hilang dalam sejarah kita pasti kita akan kehilangan sebagian dari khasanah keislaman kita. Karena perang memang ada dan tercatat dalam al – qur’an. Kesadaran kita yang perlu ditutut agar tidak hanya mengilmui dan memahami peperangan, tapi juga menghikmai peperangan. Yakni mengumpulkan ilmu dan pemahaman kita untuk kita amalkan sesuai kondisi terkini saat ini dimanapun kita berdakwah.
Menghikmai peperangan mungkin bisa kita mulai dari pertanyaan, apa itu kemenangan bagi kita, siap itu kawan kita, siapa musuh kita, dimana medan peperangan kita. Kita renungkan sambil kita “tirakati”, agar Allah berikan hidayahnya sehingga terbebas dari syahwat “diri” yang sering kali kita sendiri lupa menganggapnya sebagai musuh yang perlu kita perangi. Lebih – lebih jika kita sebagai pemimpin dalam keluarga, baik keluarga kecil maupun keluarga besar. Sangat penting kiranya mengingat nasehat Sun Tzu dalam seni berperang “Kenali dirimu, kenali musuhmu, kenali medanmu. Seribu pertempuran, seribu kemenangan.”
Lalu siapa kita sebenaranya?, siapa musuh kita sebenarnya?, di medan mana sebenarnya?. Sedang dalam dakwa kita berharap dakwah kita keluar menambah jumlah muslim dan dakwah kita ke dalam memperbaiki kualitas muslim.
Dari yang sedang belajar mencintaimu.
Tulus Prasetyo