KUAT dan lemah merupakan dua fenomena yang tidak bisa lepas dari setiap manusia. Terkadang ia kuat, tangguh, muda, dan mampu bekerja. Akan tetapi, terkadang ia juga lemah, sakit, dan tidak mampu melakukan sesuatu.
Demikian pula yang berlaku dalam kesalehan, ketakwaan, dan akhlak seseorang semasa hidupnya. Terkadang ia tergelincir, seperti orang fasik, kafir, sengsara dan hina-dina. Bisa jadi, seseorang kaya raya, hidup mewah, dan bergelimang kenikmatan, kemudian jatuh miskin, kehilangan kemewahan, butuh uluran tangan, dan hidup bersama orang-orang miskin.
Bisa jadi pula, seseorang dihinggapi sifat zalim, tiran, sombong, penindas, angkuh, dan
kasar, seperti dilukiskan penyair, Al-Mutanabbi:
Zalim termasuk sifat jiwa
Jika di dalamnya terdapat kesucian,
tidak bakal ia menzalimi
Oleh karena itu, seseorang harus ingat betapa bahayanya kezaliman dan perlakuan buruk Jika engkau kuasa berbuat zalim, ingatlah kekuasaan Allah Swt. atasmu. Kezaliman seseorang pada saudaranya cenderung menyakiti dan melecehkan. Orang lemah dan miskin tidak selamat dari tindakan buruknya. Akan tetapi, ia sendiri yang merugi dan kehilangan kebaikan yang menjeremuskannya ke dalam dosa yang sangat nyata.
Allah Swt. berfirman, Dan orang-orang yang menyakiti orang-orang mukmin dan mukminat tanpa kesalahan yang mereka perbuat maka sesungguhnya mereka telah memikul kebohongan dan desa yang nyata (QS Al-Ahzab [33]: 58). Maksudnya, mereka menyakiti orang lain, meskipun tidak melakukan kesalahan apa pun. Yang dimaksud kebohongan dalam ayat ini adalah kebohongan besar, sedangkan yang dimaksud dosa adalah dosa kecil.
Allah Swt. melarang Nabi-Nya menyakiti anak yatim, orang miskin, pengemis, serta orang lemah dan tertindas. Allah Swt.berfirman, Adapun terhadap anak yatim maka janganlah kamu berlaku sewenang wenang. Dan terhadap orang yang minta-minta maka janganlah kamu menghardiknya (QS Al Dhuha [93]: 9-10).
Senada dengan Al-Quran, Hadis Nabi Muhammad Saw, juga menjelaskan larangan menyakiti orang saleh, orang baik, orang lemah dan tertindas, serta orang fakir dan miskin. Sebuah hadis muttafaq ‘alaih diriwayatkan dari Abu Hurairah: “Siapa saja memusuhi penolong Ku maka akan Aku maklumkan perang terhadapnya. Tidak ada suatu bentuk taqarrub seorang hamba kepada-Ku yang lebih Aku cintai daripada mengerjakan yang Aku wajibkan atasnya.”
Imam Muslim meriwayatkan dari Sa’ad bin Abi Waqqash r.a. tentang menyayangi anak yatim. Rasulullah Saw. bersabda, “Wahai Abu Bakar, apakah engkau telah membuat mereka marah? Jika engkau membuat mereka marah, berarti engkau telah membuat marah Tuhanmu.”
Imam Muslim juga meriwayatkan dari Jundub bin Abdillah r.a. bahwa Rasulullah Saw. bersabda, “Siapa saja yang melaksanakan shalat subuh maka ia berada dalam jaminan Allab. Oleh sebab itu, jangan sampai Allah menarik kembali jaminan-Nya dari kalian dengan dalib apa pun. Sebab, siapa pun yang Allah cabut jaminan-Nya dengan dalih apa pun, pasti akan tercabut. Kemudian Allah akan telungkupkan wajahnya dalam Neraka Jahanam.” Artinya, siapa saja yang diminta jaminannya oleh Allah Swt. maka hal itu akan terjadi. Ia tidak bakal bisa lari darinya. la tidak bisa menghindar dari Allah Swt. Tidak ada tempat berlindung selain kepada-Nya. Dia akan menghempaskannya ke dalam api neraka. Siapa saja yang senantiasa shalat subuh maka ia berada dalam lindungan Allah Swt. Siapa saja yang menyakiti orang yang shalat subuh maka Allah Swt. akan menghukum dan menyiksanya di neraka.
Jika orang yang cerdas memikirkan tindakannya, juga mempertimbangkan masa depan dan pertemuannya nanti dengan Allah Swt. pada Hari Kiamat maka ia akan melakukan perbuatan yang dihalalkan, meningkatkan ketaatannya kepada Allah Swt., melaksanakan kewajiban, berusaha berbuat baik, serta menghindari dosa dan keburukan.
Orang yang selalu melakukan pelanggaran, menuruti hawa nafsu, bermaksiat kepada Tuhan sehingga tidak mau melaksanakan kewajiban dan menghindari larangan-Nya maka ia akan jatuh ke dalam kehancuran, mendapatkan siksaan pedih, dan tidak mendapatkan keuntungan apa-apa. la hanya memuaskan keinginan setannya, tenggelam dalam lembah kesesatan dan penyimpangan.
Taat dan takwa kepada Allah Swt. adalah kunci kebahagiaan, bukti suatu kekuatan, ketekadan dan kehendak, seperti diungkapkan penyair, Ibnu Al-Wardi:
Begal di jalan bukanlah pahlawan
Yang takut kepada Allah-lah yang pantas untuk disebut pahlawan
Gemar dan bergelimang dosa menyebabkan kesengsaraan, kelemahan, kegelisahan, kekhawatiran, kekacauan, dan kegilaan. Orang yang mengalami hal itu akan rusak dan menyesal di dunia dan akhirat. Pertanggungjawaban di akhirat akan ditegakkan. Hisab dalam kubur dan Hari Kiamat pasti terjadi. Karena itu, manusia akan ditanyai tentang ini-itu, sedikit maupun banyak, ketaatan dan kemaksiatan. Yang berbahagia adalah yang selamat dari hisab, karena perbuatan baik dan amal salehnya banyak. Sementara orang yang sengsara adalah yang mengalami hisab, kemudian mendapatkan siksa dan hukuman. Allah Swt. Mahabenar dan Mahaadil. Pasalnya, tidak masuk akal dan logika jika hisab orang yang saleh dan sengsara itu sama. Allah Swt. berfirman, Dan tidaklah sama orang yang buta dengan orang yang melibat. Dan tidak (pula) sama gelap gulita dengan cahaya. Dan tidak (pula) sama yang teduh dengan yang panas. Dan tidak (pula) sama orang-orang yang hidup dan orang-orang yang mati, Sesungguhnya Allah memberikan pendengaran kepada siapa yang dikehendaki-Nya, dan kamu sekali-kali tiada sanggup menjadikan orang yang di dalam kubur dapat mendengar (QS Fathir [35]: 19-22).
Diambil dari Buku Akhlak Muslim karya Prof. DR. Wahbah Az-Zuhaili
(DM)