CINTA persaudaraan yang langgeng adalah cinta yang tidak menanti-nanti keuntungan, tidak disisipi kepentingan atau materi sehingga tertanam kuat. Di sisi lain, saudaranya akan merasa terpuaskan dan tetap tulus, setia, dan menghargai. Cinta tersebut adalah cinta karena Allah Swt. dam hanya mengharap ridha-Nya. Seorang penyair berkata:
Segala cinta karena Allah akan tetap langgeng
Tidak akan langgeng persaudaraan yang didasari kebusukan
Sementara itu, cinta yang menanti-nanti keuntungan adalah cinta yang rapuh, cepat lenyap, dan cepat pecah bagaikan kaca. Cinta seperti ini biasanya membuahkan kesedihan dan penyesalan, bahkan permusuhan dan kerenggangan. Hal ini banyak terjadi di kalangan manusia. Allah Swt. berfirman, Teman-teman akrab pada hari itu sebagiannya menjadi musub bagi sebagian yang lain, kecuali orang-orang yang bertakwa (QS Al-Zukhruf [43]: 67).
Jika keimanan seseorang itu benar, pasti persaudaraannya akan tulus. Jika sikap keagamaannya cuma pura-pura, tentu persaudaraannya juga akan palsu sehingga yang dominan adalah sikap mencari untung dan oportunis.
Perbedaan dua jenis cinta ini cukup jelas digambarkan dalam firman Allah Swt., Muhammad itu adalah utusan Allah dan orang-orang yang bersama dengannya adalah keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang terhadap sesama mereka (QS Al-Fath [48]: 29).
Allah Swt. berfirman, dan orang-orang yang telah menempati Kota Madinah dan telah beriman (Ansbar) sebelum (kedatangan) mereka (Mubajirin), mereka mencintai orang yang berhijrah kepada mereka. Dan mereka tiada menaruh keinginan dalam hati mereka terhadap apa apa yang diberikan kepada mereka (orang-orang Mubajirin); dan mereka mengutamakan (orang orang Mubajirin) atas diri mereka sendiri, sekalipun mereka memerlukan (apa yang mereka berikan itu). Dan siapa yang dipelihara dari kekikiran dirinya, mereka itulah orang-orang yang beruntung (QS Al-Hasyr [59]: 29).
Cinta yang didasari keimanan yang luhur dan bersih dari kepentingan atau mencari keuntungan adalah kecintaan kaum Anshar terhadap kaum Muhajirin di bawah payung keimanan yang murni dan sempurna. Adalah cinta yang membentuk masyarakat berbasis iman yang kuat dan unggul. Inilah cinta yang menyebabkan kelompok minoritas yang beriman dan berserah diri mampu mengalahkan kelompok mayoritas yang musyrik dan penindas.
Iman akan menghiasi hati mukmin dengan cinta yang tulus karena Allah Swt., sebagaimana dinyatakan dalam hadis muttafaq ‘alaih dari Anas r.a. dari Nabi Muhammad Saw. bersabda, “Barang siapa memiliki ketiga hal ini, ia akan merasakan manisnya iman, yaitu: Allah dan Rasul-Nya lebih ia cintai dari yang lain; ia tidak mencintai seseorang kecuali karena Allah; dan ia benci kembali pada kekufuran setelah Allah menyelamatkannya, sebagaimana ia tidak ingin dilemparkan ke dalam api neraka.”
Saling mencintai karena Allah Swt., tidak disusupi keinginan mencari keuntungan, membuat dua orang yang saling mencintai mendapatkan surga yang abadi. Mereka akan senantiasa berada dalam naungan rahmat Allah Swt. ketika dalam situasi sulit dan dalam kegelapan Hari Kiamat. Sebuah hadis muttafaq ‘alaih dari Abu Hurairah r.a. dari Nabi Muhammad Saw. bersabda, “Ada tujuh orang yang Allah naungi dalam naungan-Nya, ketika pada hari tersebut tidak ada naungan kecuali naungan-Nya: pemimpin yang adil; pemuda yang selalu beribadah kepada Allah Swt. semasa hidupnya; orang yang hatinya selalu terpaut dengan masjid; dua orang yang saling mencintai karena Allah, berkumpul dan berpisah karena Allah; orang yang diajak wanita cantik dan memesona, lalu mengatakan, “‘Sesungguhnya aku takut kepada Allab’; orang yang bersedekah secara diam-diam sehingga tangan kirinya tidak mengetahui yang dikeluarkan tangan kanannya; dan orang yang selalu berzikir kepada Allah di waktu sunyi hingga membuat air matanya berjatuhan.”
Dalam riwayat Imam Muslim berbunyi: “Sesungguhnya pada Hari Kiamat Allah Swt. berfirman, Dimanakah orang-orang yang saling mencintai karena keagungan-Ku? Pada hari ini Aku akan menaungi mereka dalam naungan-Ku, ketika tiada naungan kecuali naungan-Ku.” Hadis ini berisi pujian bagi orang yang berbuat baik.
Nabi Muhammad Saw. memberikan berita gembira berupa surga bagi orang-orang yang mencintai karena Allah Swt. Imam Muslim meriwayatkan dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah Saw. bersabda, “Demi Zat yang jiwaku berada dalam kekuasaan-Nya, kalian tidak akan masuk surga, kecuali kalian beriman. Kalian tidak akan beriman, kecuali kalian saling mencintai. Maukah aku tunjukkan sesuatu yang apabila dilakukan, kalian akan saling mencintai? Tebarkan salam di antara kalian.”
Sementara itu, Imam Tirmidzi meriwayatkan hadis hasan shahih dari Muadz bin Jabal r.a. berkata, “Aku pernah mendengar Rasulullah Saw. bersabda, Allah Swt. berfirman, Orang orang yang mencintai karena keagungan-Ku, mereka mendapatkan mimbar-mimbar dari cabaya sehingga para nabi dan syuhada iri kepada mereka. Maksudnya, orang-orang yang saling mencintai karena Allah Swt. memiliki tempat mulia dan tinggi di akhirat nanti.
Salah satu ciri yang paling menonjol dari kecintaan karena Allah Swt. adalah cintai kaum khalaf terhadap as-salaf as-shalih. Sebuah hadis muttafaq ‘alaih dari Al-Barra’ bin Azib r.a. dari Nabi Muhammad Saw. bersabda tentang kaum Anshar, “Tidak ada yang mencintai mereka, kecuali orang beriman. Tidak ada yang membenci mereka, kecuali orang munafik. Siapa saja yang mencintai mereka maka Allah akan mencintainya. Siapa saja yang membenci mereka maka Allah akan membencinya.”
Disunnahkan bagi orang yang mencintai saudaranya untuk berterus-terang bahwa ia mencintainya karena Allah Swt. Imam Abu Daud dan Imam Tirmidzi meriwayatkan hadis basan shahih dari Abu Kuraimah Al-Miqdam bin Ma’dikarib r.a. dari Nabi Muhammad Saw. bersabda, “Bila seseorang mencintai saudaranya maka hendaklah ia memberi tahu orang tersebut bahwa ia mencintainya.”
Imam Abu Daud dan Imam An-Nasai meriwayatkan dengan sanad sahih dari Muadz r.a. bahwa Rasulullah Saw. pernah memegang tangannya seraya bersabda, “Wahai Muadz, demi Allah, sesungguhnya aku benar-benar mencintaimu. Aku pun berpesan kepadamu, wahai Muadz, jangan pernah engkau tinggalkan setiap usai shalat untuk berdoa, “Ya Allah, bantulah aku untuk mengingat-Mu, mensyukuri-Mu, dan beribadah yang terbaik kepada-Mu.” Imam Abu Daud meriwayatkan dengan sanad sahih dari Anas r.a. bahwa orang yang diajak bicara menjawab, “Allah akan mencintaimu, karena engkau mencintaiku karena-Nya.
Diambil dari Buku Akhlak Muslim karya Prof. DR. Wahbah Az-Zuhaili
(DM)