JUJUR dalam kata dan perbuatan adalah modal paling kuat bagi individu maupun masyarakat, juga sikap paling tegar dalam memobilisasi, membangun kekuatan, memajukan umat, dan melestarikan garis-garis peradabannya. Ajaran Rasulullah Saw. menekankan hal ini, karena selain mengandung keistimewaan, juga mendatangkan balasan bagi laki-laki dan wanita yang jujur berupa surga yang penuh keabadian, ampunan, dan pahala yang berlipat di sisi Allah Swt. Dia tidak akan menyia-nyiakan kebaikan, meskipun seberat atom, baik di dunia maupun di akhirat.
Salah satu fakta yang kita lihat di tengah masyarakat perkotaan yang jujur bekerja, tepat waktu, dan jujur melaksanakan akad kontrak, orang lain merasa nyaman bertransaksi dengan mereka. Pertama jelas mereka mendapatkan keuntungan bagi dirinya sendiri, kemudian bagi masyarakatnya. Dakwah Nabi Muhammad Saw. di dunia ini tidak akan berhasil tanpa kejujuran, baik pada diri sendiri maupun orang lain. Allah Swt. berfirman, Tetapi jika mereka benar (imannya) terhadap Allab, niscaya yang demikian itu lebih baik bagi mereka (QS Muhammad [47]: 21).
Allah Swt. menyebutkan sepuluh golongan yang berhak mendapatkan ampunan dan rahmat-Nya, salah satunya orang yang jujur (benar). Allah Swt. berfirman, Sesungguhnya laki laki dan perempuan yang Muslim, laki-laki dan perempuan yang mukmin, laki-laki dan perempuan yang tetap dalam ketaatannya, laki-laki dan perempuan yang benar, laki-laki dan perempuan yang sabar, laki-laki dan perempuan yang khusyu’, laki-laki dan perempuan yang bersedekah, laki-laki
dan perempuan yang berpuasa, laki-laki dan perempuan yang memelihara kebormatannya, laki laki dan perempuan yang banyak menyebut (nama) Allah, Allah telah menyediakan untuk mereka ampunan dan pahala yang besar (QS Al-Ahzab [33]: 35),
Salah satu sikap jujur yang mendatangkan kebaikan adalah mati syahid di jalan Allah. Imam Muslim meriwayatkan dari Abu Tsabit Sahl bin Hunaif r.a. bahwa Nabi Muhammad Saw bersabda, “Barang siapa meminta syahid kepada Allah Swt. dengan jujur, pasti Allah akan sampaikan ia ke tingkat para syuhada, sekalipun mati di atas tempat tidur. Syahid adalah meninggal dalam perjuangan melawan musuh demi mencari ridha Allah Swt. Hadis ini menjelaskan bahwa orang yang berniat melakukan suatu kebaikan, ia akan diberi pahala, meskipun tidak jadi dilakukan. Dengan catatan, pencarian kesyahidan dilandasi kejujuran dan keikhlasan.
Jujur dalam transaksi jual-beli, sewa-menyewa, dan sebagainya itu wajib, agar tidak mengundang keraguan yang dapat merusak perjanjian sehingga dapat mengancam hak dan melemahkan kewajiban, serta ketidakpastian dalam bertransaksi, merugikan pelanggan, atau menyebabkan kerugian komoditi.
Imam Bukhari dan Imam Muslim meriwayatkan dari Abu Khalid Hakim bin Hizam ra. bahwa Rasulullah Saw. bersabda, “Penjual dan pembeli boleh khiyar selama keduanya belum berpisah. Apabila keduanya jujur dan terbuka maka jual belinya diberkahi. Apabila keduanya bobong dan menyimpan (kecacatan), keberkahan jual-belinya akan terhapus.”
Inilah yang disebut para ahli fiqih dengan khiyar majlis. Jual-beli menuntut kejujuran
untuk menunjukkan cacat barang yang dijual, dan tidak boleh menyembunyikannya. Bila ada
cacat, pembeli boleh memilih untuk membatalkan penjualan. Dalam hal ini dustalah yang
menyebabkan keberkahan itu hilang.
Setelah memperhatikan ayat-ayat Al-Quran dan Hadis Nabi tentang kejujuran maka dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Kejujuran merupakan prinsip hidup, dasar syariah, dan cara memajukan bangsa
2. Kejujuran sangat baik bagi pelakunya maupun bagi semua orang. Sebaliknya, dusta sangat
buruk bagi pelakunya maupun bagi orang lain. 3. Kejujuran adalah resep yang sempurna dan tidak bisa diubah, baik kepada Allah Swt. atau kepada diri sendiri, istri, keluarga, anak-anak, bahkan kepada seluruh masyarakat. Jadi, tidak ada lagi pribadi yang sesekali jujur, terkadang juga pendusta.
4. Orang jujur memiliki tempat yang mulia di hati orang lain, juga memiliki pahala yang sangat berlimpah dari Allah Swt. di akhirat.
5. Pendusta memiliki kedudukan yang hina dan rendah. Hukumannya pun amat berat, karena merusak hati dan nurani, amal perbuatan dan pengetahuan, pergaulan dan masyarakat.
6. Jika seseorang jujur, ia akan mendapatkan hajat yang diinginkan. Lebih dari itu, ia akan dicatat sebagai orang terhormat dan diabadikan dalam sejarah. 7. Kejujuran adalah amanah, sedangkan dusta adalah khianat. Seorang pemimpin tidak
akan mendustakan rakyatnya.[]
Diambil dari Buku Akhlak Muslim karya Prof. DR. Wahbah Az-Zuhaili
(DM)