Beramal sholeh dalam berbagai bidang memang banyak ujian. Jika sekolah itu ada ulangan maka amal sholeh pasti ada rintangan. Rintangan itulah ujian. Ujian untuk menilai amalan kita, sejauh mana niat kita sejauh mana keikhlasan kita. Semakin jernih niatnya maka akan semakin kuat perjuanganya, semakin ikhlas akan semakin ringan pengorbananya.
Diantara kita ada yang bangun masjid lalu dicibir orang kemudian berkurang semangatnya menurun amal membangunya. Ada yang belajar lalu dighibahi orang kemudian mandeg belajarnya. Ada yang jualan, berdagang baru mulai terus diomongin orang malah pilih guluh tikar. Seolah hatinya lebih lemah dari lisanya orang yang senengnya hanya komentar. Hatinya tercabik – cabik lalu mundur dari amalan yang sebenarnya berpeluang membuka banyak kebaikan.
“Meninggalkan amalan karena manusia termasuk riya’ dan beramal karena manusia termasuk syirik.” (Majmu’atul Fatawa karya Ibnu Taimiyah, 23: 174).
Jika berhenti dari sebuah amalan kebaikan karena penilaian orang lain, komentar oranglain, omongan oranglain, teror oranglain. Sangat mungkin amalan kita memang karena oranglain, sehingga berhenti beramal jika tidak mendapat tepuk tangan dari oranglain, dan berhenti beramal ketika dicibir. Amalan yang seperti itu tanda lemahnya hati, karena pengharapan kita ternyata bukan pada Allah tapi pada manusia.
Jika terus beramal dan makin banyak rintanganya, makin banyak ujianya, makin sering kena buly. Berhenti sejenak lalu tanya pada hati, “Amalan ini untuk siapa?” Jika karena Allah maka teruskan saja. Sunggu berhenti beramal karena manusia adalah tanda riya’ dalam hati kita. Semoga Allah luruskan niat kita. Aamiin.