la hidup di tengah-tengah kehancuran, keporak-porandaan. dan perang etnis. la menjadi saksi atas segala tindakan permusuhan terhadap Islam di negaranya, la hidup di masyarakat yang bergulat dengan kemiskinan dan embargo ekonomi. Hal tersebut malah menjadikannya terang-terangan untuk berpegang teguh dengan Al-Quran dan mengangkat tinggi panjinya meski banyak bahaya dan rintangan.
Halmana Bilal Aghitasy mulai menghafal Al-Quran sejak usia 2 tahun dengan cara mengulang-ulang beberapa ayat. Hal ini terus berlangsung hingga ia mampu menghafal Al-Quran 30 już ketika ia berusia 14 tahun. Ia termasuk hafizhah termuda d Bosnia Herzegovina dan hafizhah peringkat kedua di negaranya. Halmana mengatakan tentang peran dan pengaruh positif dan menghafal Al-Quran, “Sepeninggal kakekku yang senantiasa me motivasiku untuk selalu membaca dan menghafal Al-Quran serta memberikan banyak hadiah, maka aku bertekad untuk menem puh dan melanjutkan perjalanannya dengan sungguh-sungguh dan semangat menggelora. Selama sembilan tahun aku mampu meraih berbagai kejuaraan tingkat nasional maupun internasional”.
la berhenti sejenak setelah air matanya meneies namun ia kembali menguatkan diri seraya bertutur, “Aku meraih juara di Saudi. Aku pergi ke sana dan sejumlah syaikh mendengarkan baca an Al-Quranku Mereka pun memujiku. Setelah itu aku kembali ke Bosnia untuk menjalani ujian hafalan dan bacaan Al-Quran di hadapan Lajnah Al-Masyaikhah Al-Islamiyyah di Bosnia yang beranggotakan para qari senior” Ujian itu berlangsung secara ber kelanjutan dalam beberapa hari untuk mendapatkan sertifikat. Akhirnya ia menjadi buah bibir di Bosnia dan yang lainnya.
Diambil dari Buku Kisah inspiratif para penghafal alquran karya Ahmad salim badwilan
(BEGE)