“Pengalaman belajar, bermuamalah, dan berkeluarga di PMA dan pesan untuk generasi yang akan datang”.
Pada masa kini, menjadi mahasiswa merupakan suatu kesempatan yang elit dan menjadi santri merupakan suatu pilihan yang sulit. Lalu bagaimana dengan menjadi keduanya? Apakah hal tersebut akan membebani satu sama lain atau mungkin sebaliknya. Jawaban dari pertanyaan tersebut bisa didapati dengan menjadi santri di pondok mahasiswa.
Menjadi mahasiswa sekaligus santri atau sering kami sebut dengan istilah “mahasantri” tidaklah mudah. Banyak aktivitas aktivitas mubah yang membuat semangat nyantri menjadi berubah. Banyak pula tugas kuliah yang berat hingga terkadang ingin berhenti atau rehat. Menghilangkan salah satu peran menjadi solusi yang kerap kali terbayangkan. Namun, seiring berjalannya waktu, pikiran pikiran seperti itu terdengar lucu. Bagaimana sikap tersebut berubah? Hal tersebut bisa berubah ketika kita mencoba mengambil hikmah dari orang yang sudah pernah. Ada yang menjalankan kedua peran lalu menjadi cendekiawan. Ada juga yang telah berhasil dan kebermanfaatannya terasa oleh orang orang kecil. Banyak sekali permisalan jika kita benar benar ingin mengambil pelajaran.
Apakah kemudian dengan gelar santri, agama menjadi fokus pengembangan diri? Jawabannya tidak. Bahkan banyak diskusi ringan yang terjadi secara spontan tetapi penuh dengan keilmuan. Didapati orang dengan bermacam bidang membagi ilmu tanpa terbesit uang. Penjelasan yang panjang dan lebar juga tak pernah diikuti dengan keinginan dibayar. Hampir setiap hari diskusi seperti itu ada tanpa perlu kepengurusan dengan seorang nahkoda. Bisa dikatakan tidak ada batasan topik, karena rasanya semua hal selalu diulik. Tapi dengan bahasan yang tanpa batasan, kita tetap memiliki pegangan kewarasan. Pegangan tersebut diberikan oleh seorang guru yang mau mengabdikan diri untuk berbagi ilmu. Guru yang bisa menjadi teladan dalam mengombinasi keduniawian dengan keagamaan.
Menghafal Al-Quran adalah topik yang hampir wajib ada disetiap dunia kepesantrenan. Dari menghafal quran banyak pelajaran yang dapat didapatkan. Konsistensi adalah salah satu diantaranya. Bagaimana kita mengulang ulang atau murajaah akan menggambarkan kekuatan hafalan dari seseorang. Selain mengulang yang telah dihafal penambahan hafalan pun harus tetap dilakukan demi memperbanyak wasilah mendapat rahmat Tuhan. Al-Quran telah dihafal, masih terdapat sabda Nabi yang penuh kemulian dan berisikan pelajaran. Selain konsistensi, kita juga mendapatkan pelajaran mengenai ketelitian. Kita bisa mendapatinya ketika kita belajar untuk menempatkan pengeluaran bunyi bacaan. Bahkan sentuhan kecil saja bisa memberikan nuansa yang berbeda pada suara yang dihasilkan. Kedua hal tersebut ketika kita benar benar perhatikan akan membantu kita menjadi pribadi yang baik dari segi karakter.
Tidak sampai disitu, kita bisa perhatikan juga banyak pembelajaran dalam pengaturan waktu. Gambaran umum dunia perkuliahan adalah sedari pagi hingga terbenam, dan gambaran umum dunia asrama adalah setelah terbenam hingga selesai malam. Terkadang terdapat pertanyaan yang mencuat, lalu kapan istirahat? Kerap kali pertanyaan tersebut dijadikan alasan bagi orang yang tidak kuat dalam kemauan. Istirahat bagi sebagian insan adalah terbebas dari kegiatan, tidak sedikit juga definisi yang berbeda muncul dipermukaan. Namun, kita harus mulai memaknai segalanya dengan suatu landasan yang menjadi pegangan yakni Al-Quran. Definisi definisi yang muncul dapat kita pilah dengan berusaha mencari berkah. Hal tersebut tentunya bisa didapatkan dimana saja. Akan tetapi, di pondok mahasiswa, hal tersebut juga menjadi salah satu dari sekian banyak manfaat yang kita dapat. Hal tersebut menjadikan kita memiliki pandangan positif terhadap kegiatan yang variatif.
Yanayir Rifai
Mahasiswa UGM, Mahasantri Pondok Mahasiswa Azzakiyyah