Awal mengenal Pondok Mahasiswa Azzakiyyah, melalu story whatsapp dari salah seorang sahabat lama. Kebutuhan hari ini, akan lingkungan yang baik, membawa saya, melangkahkan hati di pondok ini. Awalnya agak ragu, mungkinkah bisa membagi waktu antara pekerjaan dan juga menghafal Quran ? Karena cerita lama seringkali terulang. Pengalaman menghafal di beberapa tahun silam, membuat saya sadar, bahwa Quran tidak boleh di duakan. Quran harus memiliki porsi lebih dari kehidupan. Terutama, apabila kita bertekad tuk menyebarkannya pada khalayak luas. Mendakwahkannya, menyebarkan segala kebaikan tentangnya.
Belajar di Pondok Mahasiswa Azzakiyyah merupakan pengalaman baru bagi saya. Sistem Pondok yang berbasis Mahasiswa. Kurikulum yang di sesuaikan dengan kepadatan jadwal mahasiswa. Waktu yang harus merema manage dengan begitu baik, antara urusan Kuliah dan juga urusan Agamanya. Apalagi di Pondok Mahasiswa Azzakiyyah, saya bertemu dengan teman teman sebaya. Mereka yang berfokus dan bertekad tinggi dalam mengejar Ilmu di bangku perkuliahan. Tidak seperti saya, yang hanya melaksanakan kuliah, sekedar tuk mendapat Ijazah saja
Doktrin lama di Pondok sebelumnya, telah melekat kuat di benak saya. Bahwa, Ilmu tak harus digapai dengan Bangku perkuliahan. Apalagi kebutuhan Masyarakat hari ini, membuat saya bertanya tanya. Bukankah banyak waktu yang akan terbuang, bila mereka yang lulusan pondok, harus menambah jatah belajarnya selama 4 tahun di bangku perkuliahan, dan menunda waktunya, untuk terjun ke masyarakat. Pun demikian, dengan lingkungan pekerjaan freelance di sekitar saya. Fenomena banyaknya anak muda, yang bekerja tidak sesuai jurusannya, membuat saya makin yakin, bahwa ilmu, networking, pengalaman, bisa diraih, walau tanpa kuliah.
Tapi, circle pertemanan di Pondok Mahasiswa Azzakiyyah ini mengajarkan saya. Bahwa setiap ana kadam, berhak tuk menentukan jalan hidupnya masing masing. Tidak ada masalah, bagi mereka yang setelah tamat SMA nya memutuskan untuk bekerja ataupun kuliah. Faktor ekonomi, lingkungan sangat berpengaruh hari ini. Tinggal kita, memposisikan diri, sebagai orang yang bermindset luas. Menerima segala perbedaa, dan tidak pernah merasa lebih hebat dari yang lain.
Pada akhirnya, pengalaman belajar saya di PMA sangat luar biasa. Sudut pandang baru terbentuk. Sudut pandang yang hadir, dari kaum akamedisi. Mereka yang mendapat strata kaum intelek di Masyarakat. Dan rela menimba Ilmu lebih di Kampusnya, menyiapkan diri, tuk siap berkontribusi
Untuk urusan Muamalah, banyak hal baru yang saya dapatkan. Interaksi dengan masyarakat luas. Mempelajari berbagai karakternya, terutama para generasi X. Para orang tua, yang bisa dbilang tidak melek digital, dan kaku dari berbagai sisi hidupnya. Ada metode unik, yang harus saya pelajari untuk dapat berkomunikasi intens dengan mereka. Dan di PMA ini, saya berusaha mempelajarinya. Lewat Halaqoh yang disampaikan oleh Ustadz Tulus dan juga Bapak Sigit, pelan pelan saya mempelajarinya. Bagaimana retorika, pemilihan kata, hingga mimic dan intonasi yang dipakai untuk dapat berkomunikasi dengan orang di sekitar kita yang berbeda umurnya.
Banyak hal yang masih akan terus pelajari, terkait Ilmu Muamalah. Semoga, saya dapat terus berkembang, dan Allah berikam kemudahan, untuk mempelajarinya. Terakhir, mungkin saya izin untuk menyampaikan pesan di generasi yang akan dating. Berjuanglah, jadilah manusia peka.
Karena hari ini, kita dihinggapi dengan berbagai masalah yang ada. Bukan Cuma masalah pribadi, tapi juga social. Ada masalah politik, ekonomi, negara, psikologi, dan berbagai macamnya, yang berputar di kalangan anak muda. Kita dituntut untuk selalu siap guna, memberikan yang terbaik untuk bangsa. Karenanya, untuk mulai berkontirbusi, kita harus menyelesaikan masalah di diri sendiri. Karena, apalbila kita bukan bagian dari solusi, justru kitalah yang menjadi inti, dari permasalahan yang ada.
Muhammad Alfian Maulana Mahardika
Santri Pondok Mahasiswa Azzakiyyah periode 2022/2023