CINTA yang tulus dan penghormatan yang muncul dari hati terhadap seseorang meniscayakan kecintaan terhadap sanak saudara dan seluruh keluarganya, menghormati keturunannya, dan menunjukkan kebaikannya. Manusia akan sangat senang dengan perlakuan yang penuh kasih sayang ini, karena menunjukkan penghargaan terhadap orang lain. Menunjukkan kesetiaan dan perbuatan baik, serta menghargai martabat orang lain.
Bukan akhlak terpuji jika tidak mengakui keluarga Nabi Muhammad Saw. yang membantu, menolong, dan melindungi beliau dari bahaya kaum Quraisy dan para tokoh tokohnya. Bahkan, setiap Muslim harus memiliki kecemburuan yang tulus, yaitu mencintai keluarga Nabi Muhammad Saw. seperti mencintai beliau. Inilah salah satu prinsip agama kita. Sebab itu, tidak ada suatu kelompok, golongan, atau individu di dunia Islam yang tidak mencintai keluarga Nabi Muhammad Saw. Mereka akan meminta kepada Allah Swt. agar keluarga Nabi selalu diridhai, berlimpahkan rahmat dan kebaikan.
Al-Quran mengisyaratkan kepada umat Islam pentingnya mengasihi, menghormati. bersikap adil, dan berbuat baik kepada mereka. Allah Swt. berfirman, Sesungguhnya Allah bermaksud hendak menghilangkan dosa dari kamu, bai ahlul bait, dan membersihkan kamu sebersih-bersihnya (QS Al-Ahzáb [33]: 33). Maksudnya, Allah Swt, akan membersihkan dari berbagai perbuatan dosa. Yang dimaksud ablul bait adalah Bani Hasyim dan Bani Abdul Muthalib. Akan tetapi, menurut penganut mazhab Hanafi, hanya Bani Hasyim saja. Allah Swt. berfirman, Dan barang siapa mengagungkan syiar-syiar Allah maka sesungguhnya itu timbul dari ketakwaan hati (QS Al-Hajj [22]: 32).
Allah Swt. berfirman, Katakanlah, “Aku tidak meminta kepadamu sesuatu upah pun atas seruanku, kecuali kasih sayang dalam kekeluargaan. Dan siapa yang mengerjakan kebaikan, akan Kami tambabkan baginya kebaikan pada kebaikannya itu. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Mensyukuri (QS Al-Syûri [42]: 23). Maksudnya, Nabi Muhammad Saw. tidak meminta imbalan harta atas dakwah yang dijalankan. Akan tetapi, beliau meminta kalian mencintainya sebagai kerabat. Kata fi dalam ayat di atas menunjukkan kausalitas (sababiyyah), seperti terdapat dalam hadis: “Seorang wanita masuk neraka karena seekor kucing.” Kata fi dalam hadis ini searti dengan kata li karena ada hubungan sebab dan akibat. Pengertiannya, jika kalian tidak mengetahui hak kenabianku, juga keberadaanku sebagai rahmat bagi siapa saja, serta merupakan bentuk karunia yang sempurna maka tentu aku tidak akan mengatakan, “Demi cinta kepadaku, kalian penuhi hak kekerabatan, silaturahmi yang mesti kalian jaga dan pelihara. Intinya, beliau meminta kalian mencintainya dan menjaga hak-haknya, apalagi masih ada hubungan kekerabatan dengannya. Tampaknya, yang menjadi lawan kata beliau di sini adalah kaum Quraisy.
Sekelompok ulama berpendapat bahwa pernyataan, “Aku tidak meminta kepadamu sesuatu upah pun atas seruanku, kecuali cinta kalian kepada keluarga dan kerabatku,”ditujukan kepada segenap umat beliau, bukan hanya kepada kaum Anshar saja. Jika demikian, berarti mereka diminta untuk mencintai keluarga Nabi Muhammad Saw. Imam Muslim, Imam Tirmidzi, dan Imam An-Nasa’i meriwayatkan dari Zaid bin Arqam bahwa Rasulullah Saw. bersabda, “Aku ingatkan kalian untuk mencintai keluargaku karena Allah.” Selain meriwayatkan, Imam Tirmidzi juga menilainya sebagai hadis asan. Sementara itu, Imam Thabrani, Imam Hakim, dan Al-Baihaqi dalam Syu’ab Al-Iman meriwayatkan dari Ibnu Abbas bahwa Nabi Muhammad Saw. bersabda, “Cintailah Allah Swt., karena telah memberikan berbagai nikmat Nya kepada kalian. Cintailab aku seperti mencintai Allah, cintailah keluargaku seperti mencintaiku.”
Imam Ibnu Hibban dan Imam Hakim meriwayatkan dari Abu Said Al-Khudri bahwa Rasulullah Saw. bersabda, “Demi Zat yang jiwaku berada dalam kekuasaan-Nya, tak seseorang pun yang menjadikan kami membenci ahlul bait, kecuali Allah Swt. akan memasukkannya ke neraka.”
Imam Al-Alusi mengatakan, kewajiban mencintai sanak keluarga Rasulullah Saw. perlu dilihat dari aspek hubungan kedekatan mereka dengan beliau. Jika semakin dekat, tuntutan mencintainya semakin kuat. Karena itu, mencintai klan Fatimiyah harus lebih kuat dibandingkan mencintai klan Abbasiyah, berdasarkan generalitas kata al-qurba (kekerabatan). Bagaimanapun, Al-Alusi tidak akan menyimpang dari apa yang diyakini tokoh-tokoh ahlussunnah dari kalangan sahabat Nabi bahwa hal tersebut merupakan bagian dari agama Baginya, mencintai kerabat Nabi hukumnya sangat jelas, yaitu wajib. Sebab, Allah Swt. juga telah mewajibkannya. Banyak keterangan-keterangan lain yang menjelaskan hal tersebut.
Kewajiban mencintai keluarga Nabi dipertegas hadis riwayat Imam Muslim dari Zaid bin Arqam tentang khutbah Rasulullah Saw. di mata air yang bernama Khum (antara Makkah dan Madinah). Beliau bersabda, “Amma ba’du. Wahai manusia, aku hanyalah manusia, tidak lama lagi utusan Tubanku akan datang kepadaku, dan aku akan menjawab panggilan-Nya. Kutinggalkan pada kalian dua pusaka yang berat. Pertama, Al-Quran yang di dalamnya terdapat petunjuk dan cahaya. Ambillah Al-Quran dan berpeganglab kepadanya. Beliau mendorong orang-orang agar berpegang kepada Al-Quran. Kemudian beliau bersabda, “Dan keluargaku. Kuingatkan kalian pada Allah tentang keluargaku. Kuingatkan kalian pada Allah tentang keluargaku.” Hushain bin Sabrah bertanya, “Siapa yang dimaksud keluarganya, wahai Zaid (Zaid bin Arqam)? Bukankah istri-istri beliau termasuk keluarga beliau?” Zaid menjawab, “Memang, istri-istri beliau termasuk keluarga beliau. Akan tetapi, keluarga beliau adalah orang orang yang dilarang menerima zakat sesudahnya.” Hushain bertanya, “Siapakah mereka?” Zaid menjawab, “Keluarga Ali, keluarga Aqil, keluarga Ja’far, dan keluarga Abbas.” Hushain bertanya, “Mereka semua tidak boleh menerima zakat?” Zaid menjawab, “Ya.” Sementara dalam riwayat lain: “Ingatlah, sesungguhnya aku meninggalkan kalian dua pusaka; pertama, kitab Allah dan tali Allah. Siapa saja yang mengikutinya maka ia berada dalam kebenaran. Dan siapa saja yang meninggalkannya maka ia berada dalam kesesatan.”
Hadis tersebut berisi perintah berpegang teguh pada Al-Quran sekaligus penegasan pesan-pesan beliau untuk mencintai dan memperhatikan sanak keluarga Rasulullah Saw. Imam Bukhari meriwayatkan hadis mauquf dari Ibnu Umar r.a. dari Abu Bakar As Shiddiq r.a. bahwa Rasulullah Saw. bersabda, “Lindungilah Nabi Muhammad Saw, dengan melindungi keluarganya.”
Makna hadis tersebut, beliau menyuruh kita memperhatikan, menjaga, menghormati, dan memuliakan keluarga beliau. Hadis ini menjelaskan tentang menghormati, mencintai, dan melindungi keluarga Nabi Muhammad Saw., sekaligus melindungi siapa saja yang diperintahkan agama, seperti para sahabat, ulama, dan tabi’in. Semua ini menjelaskan kepada seluruh umat yang beragam bangsa bahwa mencintai keluarga Nabi Muhammad Saw. adalah bagian dari agama. Karena itu, siapa pun tidak boleh berlebihan, tidak pula boleh mengabaikan.
Diambil dari Buku Akhlak Muslim karya Prof. DR. Wahbah Az-Zuhaili
(DM)