SEORANG Muslim harus berusaha berbuat baik dan menjauhi perbuatan buruk, memperbanyak keberkahan dan anugerah Allah Swt., mencari semua cara yang dapat meningkatkan kebaikan dan Dengan begi namanya akan menjadi harum. Ia akan dikenal sebagai sosok yang murah hati. Lebih dari itu, akan menuai pahala perbuatan baiknya di akhirat. Hidupnya berguna di dunia, seperti membuang keburukan dan kerusakan dari dalam dirinya. Orang yang cerdas adalah orang yang serius melakukan kebaikan dan kebenaran, mampu membawa dirinya, menganjurkan orang lain untuk bertindak lurus, berakhlak terpuji, serta beramal saleh dan berguna.
Allah Swt. berfirman, Dan untuk yang demikian itu hendaknya orang berlomba-lomba (QS Al-Muthaffifin [83]: 26). Allah Swt. berfirman, Bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat itu suatu kebajikan. Sesungguhnya kebajikan itu ialah beriman kepada Allah, hari kemudian, malaikat malaikat, kitab-kitab, nabi-nabi, dan memberikan harta yang dicintainya kepada kerabatnya, anak-anak yatim, orang-orang miskin, musafir (yang memerlukan pertolongan) dan orang-orang yang meminta-minta; dan (memerdekakan) bamba sabaya, mendirikan shalat, dan menunaikan zakat; dan orang-orang yang menepati janjinya apabila ia berjanji, dan orang-orang yang sabar dalam kesempitan, penderitaan dan dalam peperangan. Mereka itulah orang-orang yang benar (imannya); dan mereka itulah orang-orang yang bertakwa (QS Al-Baqarah [2]: 177).
Ayat ini menggabungkan beberapa prinsip kebaikan, seperti percaya kepada Allah Swt. dan hari akhir, para malaikat, kitab-kitab samawi, para nabi, dan memberikan harta yang disenanginya kepada sanak kerabat, anak yatim, kaum miskin, musafir yang singgah di jalan, melaksanakan shalat, membayar zakat, memenuhi sumpah, janji, atau komitmen yang dilakukan dengan kontrak, seperti kontrak jual-beli, sewa menyewa, dan sebagainya. Agama tidak membolehkan kita melanggar kontrak, alias tidak berkomitmen. Bahkan, sekalipun suatu barang dibeli dengan harga yang lebih tinggi. Salah satu bentuk kebajikan adalah sabar menghadapi kesulitan dan peperangan. Semua ini adalah ciri-ciri orang yang jujur dan bertakwa
Para sahabat paling antusias melakukan dan memperbanyak kebaikan, termasuk dalam hal-hal sederhana. Sebuah hadis muttafaq alaib dari Sahl bin Sa’ad r.a. bahwa Rasulullah Saw, pernah dibawakan minuman. Beliau pun meminumnya. Ketika itu, di samping kanan beliau seorang bocah kecil, dan di samping kiri beliau orang dewasa. Beliau bertanya kepada bocah tersebut, Apakah kamu mengizinkan bila aku memberikan giliran minum ini kepada mereka? Bocah itu menjawab, “Tidak boleh. Demi Allah, aku tidak akan mendahulukan bagianku darimu ini kepada siapa pun.” Akhirnya, beliau meletakkan minuman itu ke tangan bocah tersebut. Maksudnya, memberikan kepadanya. Anak kecil tersebut adalah Ibnu Abbas r.a.
Hadis ini berbicara tentang keinginan para sahabat melakukan sesuatu yang bermanfaat, antara lain mencari berkah (tabarruk) dari bekas Nabi Muhammad Saw, Ibnu Abbas, misalnya, menghabiskan sisa minuman beliau. Sebagaimana diketahui, jamuan hendaknya dimulai dari yang paling terhormat, kemudian yang ada di sebelah kanan. Hadis di atas juga menjelaskan pentingnya memenuhi hak seseorang, anjuran menghormati orang dewasa, dan menempatkan orang lain sesuai kedudukannya.
Berupaya meningkatkan kebaikan dan melakukan amal saleh juga merupakan tindakan para nabi dan para rasul. Padahal, dosa mereka sudah diampuni dan diberitakan bakal masuk surga. Berikut kisah unik yang terjadi pada Nabi Ayub a.s., sebagaimana diriwayatkan Imam Bukhari dari Abu Hurairah r.a. dari Nabi Muhammad Saw. bersabda, “Ketika Nabi Ayyub a.s. mandi dengan tidak memakai pakaian, tiba-tiba seekor belalang emas jatuh di depannya. Beliau mengambil dan memasukkan ke bajunya. Allah Swt. berseru kepadanya, ‘Wahai Ayyub, bukankah aku sudah menjadikanmu tidak butuh pada yang engkau lihat? Beliau menjawab, Demi kemuliaan-Mu, memang benar. Akan tetapi, aku membutuhkan keberkahan dari-Mu.”
Kisah ini mengindikasikan diperbolehkannya mengumpulkan harta untuk dimanfaatkan oleh diri sendiri dan orang lain. Diperbolehkannya mencari tambahan demi mengharap berkah dan karunia serta memohon anugerah dari Allah Swt., meskipun seseorang sudah berharta.
Islam tidak melarang siapa pun mencari kekayaan dan mengumpulkan harta yang halal. Manusia boleh memiliki kekayaan tanpa batas, asalkan ia mau memberikan hak Allah Swt., seperti zakat dan sedekah. Semua harta yang dizakati bukanlah harta yang haram. Seseorang tidak salah mengumpulkan harta, selama ia melaksanakan hak Allah Swt. Harta yang dikumpulkan orang kaya yang saleh digunakan untuk kepentingan sahabat, kerabat, dan masyarakat, terutama jika pemiliknya menginvestasikan dan mengembangkannya dengan cara-cara yang halal.
Diambil dari Buku Akhlak Muslim karya Prof. DR. Wahbah Az-Zuhaili
(DM)