ISLAM menggabungkan dasar-dasar akidah yang benar dengan ibadah, akhlak, serta moralitas sosial dan individu. Tujuannya, menempa jiwa manusia, membangun individu, sekaligus meluruskan masyarakat. Sinergi dan integrasi ini merupakan langkah pendidikan yang tinggi. Sebab, jiwa manusia perlu dilatih dan dibekali dengan berbagai macam spirit, stimulan, dan rem. Salah satu spirit paling penting adalah keteguhan iman kepada Allah Swt. dan tidak menyekutukan-Nya. Salah satu moralitas individu adalah gaya hidup. Ia termasuk bagian dari iman. Adapun salah satu moralitas sosial adalah menjaga lingkungan, kebersihan, dan menyingkirkan sesuatu yang membahayakan dari jalan agar tidak ada orang yang tersandung atau celaka dan tersakiti karenanya.
Allah Swt. berfirman, Tidak ada kebaikan pada kebanyakan bisikan-bisikan mereka, kecuali bisikan-bisikan dari orang yang menyuruh (manusia) memberi sedekab, atau berbuat ma’ruf, atau mengadakan perdamaian di antara manusia. Dan barang siapa yang berbuat demikian karena mencari keridhaan Allah maka kelak Kami memberi kepadanya pahala yang besar (QS Al-Nisa’ [4]: 114).
Allah Swt. berfirman, Dan pakaian takwa itulah yang paling baik. Yang demikian itu adalah
sebagian dari tanda-tanda kekuasaan Allah, mudah-mudahan mereka selalu ingat (QS Al-A’raf [7]: 26). Allah Swt. berfirman, Pada hari ketika tiap-tiap diri mendapati segala kebajikan dihadapkan
(di mukanya), begitu (juga) kejabatan yang telah dikerjakannya; ia ingin kalau kiranya antara ia
dengan bari itu ada masa yang jauh dan Allah memperingatkan kamu terhadap diri (siksa)-Nya Dan Allab sangat Penyayang kepada hamba bamba-Ny (QS Ali Imran [3]: 30).
Iman kepada Allah Swt. adalah dasar kebaikan, sekaligus dasar diterimanya perbuatan baik di sisi Allah Swt. di akhirat. Iman mengingatkan, mendorong, sekaligus menggerakkan seseorang untuk melakukan kebaikan. Tanpa keimanan seseorang tidak akan mencapai kesempurnaan jiwa. Tidak akan menemukan sesuatu yang ingin dicapai, eksistensi, dan interaksinya dengan orang lain. Imam Bukhari dan Imam Muslim meriwayatkan dari Abu Hurairah ra, dari Nabi Muhammad Saw. bersabda, “Iman mempunyai tujuh puluha puluh cabang, Cabang paling tinggi adalah mengucapkan là Ilaha illa Allah, dan cabang paling rendah adalah menyingkirkan sesuatu yang berbahaya dari jalan. Malu juga termasuk cabang dari iman.” atau enam
Hadis ini menunjukkan adanya hubungan antara iman dan amal. Iman merupakan tingkatan amal teratas. Selain itu, menunjukkan pentingnya memperhatikan lingkungan dengan cara membersihkan jalan dari segala yang membahayakan. Pun bahwa malu adalah salah satu keutamaan paling mulia. Malu menjadi dasar, inti, mahkota, dan pelita yang menerangi jalan.
Menyayangi dan merawat binatang dengan memberi makan dan minum termasuk kebaikan yang diperhatikan Islam. Manusia didorong untuk melakukannya. Sebab, Islam adalah risalah kebajikan dan rahmat bagi segenap benda mati, manusia, binatang, dan tanaman. Maka, seorang Muslim tidak diperkenankan menghancurkan bangunan yang berguna. Tidak pula menebang pohon kecuali ada kepentingan yang mendesak. Justru ia dianjurkan membangun dan memelihara alam semesta ini supaya lebih sempurna dan indah, bukan merusaknya. Islam memuliakan manusia, melindungi martabat, hak, kehormatan, nyawa, dan hartanya, serta menyayangi binatang. Karena itu, tidak diperbolehkan membunuhnya kecuali karena sakit yang tidak bisa disembuhkan. Alih-alih, ia justru harus melayani memenuhi kebutuhannya, baik makanan, minuman, kebersihan, maupun pemeliharaan untuk mempertahankan hidupnyz Selain itu, Islam juga mendukung kegiatan bertani dan bercocok tanam yang berdaya guna. Apa pun tanaman Muslim yang dimakan orang lain, binatang melata, atau burung, semua itu akan melebur dosa-dosanya. Imam Muslim meriwayatkan sebuah hadis dari Jabir r.a. bahwa Rasulullah Saw. bersabda, “Tidaklah seorang Muslim menanam suatu tanaman, melainkan mengandung sedekah. Yang dicuri dari tanaman tersebut akan menjadi sedekahnya. Kepunyaan seseorang tidak akan dikurangi, melainkan menjadi sedekabnya.”
Berikut ini kisah yang sangat menarik tentang kasih sayang terhadap binatang. Asb Shahihain menuturkan sebuah hadis yang diriwayatkan dari Abu Hurairah r.a. bahwa Rasulullah Saw. bersabda, “Ketika seseorang berjalan, ia kehausan. Tidak lama kemudian, ia
menemukan sebuab sumur. Maka, turunlab ia ke dalam sumur itu dan meminum airnya. Saat bendak keluar, tiba-tiba ia melihat seekor anjing menjulurkan lidahnya sambil menjilati patir Binatang itu tampak sangat kehausan. Orang tersebut berkata, “Anjing ini benar-benar kehausan, seperti yang kualami. Setelah itu, ia turun kembali ke dalam sumur, mengisi sepatunya dengan air, lalu menggigitnya. Setelah berhasil keluar, anjing itu meminumnya. Maka, Allah berterima kasih kepadanya. Untuk itu, Dia mengampuni dosa-dosanya.” Para sahabat bertanya, “Wahai Rasulullah, apakah berbuat baik kepada binatang bagi kami ada pahalanya?” Beliau menjawab, “Pada setiap hati yang basah terdapat pabala.”
Dengan kata lain, dalam hati setiap orang terdapat sifat kasih sayang dan kelembutan yang akan diberikan pahala dan ampunan. Hadis ini menjelaskan keutamaan berbuat baik kepada segenap makhluk, baik bangsa manusia maupun binatang. Demikian itu termasuk amal baik yang mabrur dan diterima. Allah pun akan membalasnya dengan pahala berlimpah dan ampunan yang besar. Hadis ini menunjukkan bahwa rahmat Allah Swt. meliputi apa saja, termasuk binatang. Selain itu, menunjukkan keluasan karunia Allah Swt., karena Dia mengampuni dosa besar hanya gara-gara perbuatan sederhana.
Sementara itu, mencegah kerusakan dan bahaya lebih didahulukan dari pada perbuatan positif, kendati itu baik. Imam Muslim meriwayatkan sebuah hadis dari Abu Hurairah r.a. dari Nabi Muhammad Saw. bersabda, “Sungguh aku melihat seseorang mondar-mandir di dalam surga gara-gara kayu yang dipotongnya di tengah jalan, karena bisa membahayakan muslimin.” Hadis ini secara gamblang menerangkan keutamaan menyingkirkan segala sesuatu yang membahayakan orang lain di jalanan.
Diambil dari Buku Akhlak Muslim karya Prof. DR. Wahbah Az-Zuhaili
(DM)