Sosial Kok Mikir Bisnis?
Bisnis Kok Mikir Sosial?
Kita semua sebagai muslim paham bahwa tujuan hidup ini hanya satu yakni meninggikan kalimat tauhid dan menjaga keislaman kita sampai meninggal. Hal itu adalah tujuan mutlak bagi kita semua. Dalam praktek hidupnya islam memperbolehkan orang berangkat dari titik manapun yang penting menuju kalimat laa illaha illallah. Karena apapun amalanya yang dilihat adalah tujuan amalan, bahkan kita hanya akan mendapatkan apa yang kita ingin tuju dengan amalan tersebut.
Islam memang mempersempit tujuan kita, seperti jargon perjuangan aktifis islam “Allah tujuan kita, Rasulullah teladan kita”. Cukup Allah dan Rasulullah saja. Tujuan yang tidak beragam ini menjadi dasar untuk semua amalan kita yang beragam. Karenanya kita dapatkan jika dihubungkan dengan surga akan ada banyak hal yang bisa memasukan ke surga, pun jika dihubungnkan dengan adzab akan banyak hal yang bisa mendatangkan adzab, bahkan hanya masalah kencing saja bisa berbuah adzab.
Lapangan amal yang begitu luas dalam agama islam adalah karunia yang sangat besar dari Allah. Seolah Allah memahami bahwa manusia punya potensi beragam yang bisa mengantarkan ia ke surga. Sehingga kesyukuran bagi muslim jika sudah paham dengan baik kalimat tauhid kemudian beramal dengan maksimal menuntut dirinya. Ia bisa melakukan yang bermanfaat untuk dirinya, keluarganya, dan umat dari titik yang ia mampu.
Salah satu titik amal yang bisa dimulai adalah dengan sosial. Ia memberikan banyak hal untuk kebaikan orang lain, mendidik secara cuma – cuma, mengobati secara cuma – cuma, dan memberi secara cuma – cuma. Tujuan agar orang terbantu dalam hidupnya dan syukur mau ikut memperjuangkan islam bersama – sama. Kalau perlu diri dikorbankan tidak mengapa yang penting bisa memberi kebaikan pada sesama. Kalau bukan kita yang berkorban siapa lagi?. Sungguh sangat mulia.
Titik amal yang lainya adalah bisnis atau perdagangan. Barangkali ada orang baca qur’an surat qurais kemudian terinspirasi untuk berbisnis. Ia memulai dengan modal dan memutar modal untuk mendapatkan untung. Keuntungan diputar lagi agar bertambah modal hingga bertambah untung. Ketika ia sudah merasa cukup dengan dirinya, tak sedikit yang tergerak untuk membantu orang dengan cuma – cuma. Bangun gedung, wakaf tanah, santunan dhuafa, mengobati, sedekah air, bangun sekolah, dan lain – lain secara geratis.
Baik dari titik amal sosial dakwah atau titik bisnis dagang jika sudah “islam” maka samalah tujuanya. Hanya Allah dan meneladani Rasulullah semampunya. Terlebih jika sudah ngaji, kesadaranya budaya lahir diadzani mati ditalqini membuat semakin kuat tujuan tersebut. Buktinya kita akan dapati ada orang islam yang memulai dari titik sosial ngajar ngaji ketika santrinya sudah banyak, ia mulai berdagang untuk membiayai pesantrenya. Tujuanya tetap Allah. Ada juga orang islam yang mulai dari titik amal berdagang, kecil ditelateni hingga membesar, setelah untung banyak lalu buat masjid, buat pesantren, buat rumah yatim. Tujuanya tetap Allah.
Memang aneh, tapi begitu memang pengalaman kami. Bicara dengan yang tampilanya ustadz eh malah bicara dagangan, bicara dengan yang tampilanya pedagang, orang jalanan, eh malah bicara ide ide akhirat. Lalu mana yang benar?. Lah kok tanya yang benar!, memang soal ujian. Ini hidup tuan, luas dan luwes. Jangan kaku, jadilah lentur. Keluasan hidup butuh kelenturan rasa dan pikir. Yuk kerja, pagimu indah yah. Pilih titikmu dan mari telaten.
Tulus Prasetyo