PENGAMALAN HADIST KITABU JAMI’ DALAM MENJALIN UKHUWAH ISLAMIYAH
DI PESANTREN MAHASISWA AZZAKIYAH SLEMAN
Kajian pekanan menghafal hadist merupakan agenda program bersama ust Tulus. Mahasiswa dibekali tuntutan ruhiyah sebagai bekal kelak diakhirat. Ust tulus mengatakan ‘’hidup ini tidak hanya mengisi jasmani, mengasah intelektualitas di kampus namun bagaimana kita bisa bermanfaat bagi umat’’. Ribuan mahasiwa terlahir hanya sebagai koruptor, bahkan berhasrat tinggi ingin lulus dengan posisi cumlaude mendapat ijazah untuk menjadi pegawai.
Di dalam Das Kapital inilah yang dinamakan dengan penguasa dan buruh. Semuanya ingin bercita-cita menjadi pegawai. Pelaku yang mendapat intervensi dari majikan karena tidak berfikir untuk menciptakan lapangan pekerjaan. Mentalitas yang diwariskan dari penjajahan Belanda disebut politik etis membuka pendidikan untuk pegawai agar membantu Belanda. Ketidak seimbangan antara intelektualisme dan spiritualisme hanya akan melahirkan kekuasaan dan penggangguran.
Banyak juga mahasiwa yang menganggur kuliah-pulang, kuliah-pulang tidak pernah ikut kajian, mengaji sehingga ketika lulus bingung mau melakukan apa. maka Pesantren mahasiswa Azzakiyah hadir menjadi solusi menyeimbangan antara semangat intelektualisme dan spiritualisme. Kajian malam rabu menghafal hadist matan kitab Al-Jami’. Kitab yang mempunyai hubungan erat dengan masalah penyujian jiwa dan adab yang mampu kita terapkan di sosial masyarakat Yogyakarta.
Kitab Al-Jami diambil dari kitab Bulugh Al-Maram min Adillat Al-Ahkam karya Al-Hafiz Ibnu Hajar Al-Asqalani. Kitab ini ditakrij oleh Abdullah bin Abdurrahman Al-Bassam. Selain mengahafal mahasiwa mampu mengamalkan hadist untuk menjalin ikatan keluarga di pesantren mahasiwa Azzakiyah juga membangun ukhuwah Islamiyah di masyarat Jogja. Hadis yang pertama menjelaskan hak sesama muslim ada enam, diantaranya;
(1). Bila engkau berjumpa denganya ucapkanlah salam. Di dalam sesama muslim hukum mengucapkan salam adalah sunnah, sedangkan menjawabnya wajib. Dikiaskan dalam masyarakat Jogja maka adab ketika bertemu orang lain dengan mengucapkan ‘’amid’’ artinya permisi. Selain itu merendahkan diri dengan mengganggukan kepala diikuti dengan senyuman. Beragama masyarakat joga tindakan minimal gunakan tigas S (Senyum, Salam dan Sapa).
(2). Bila dia mengundangmu, maka penuhilah. Pesantren mahasiswa azzakiyah menjadi ajang berlatih menjalani hidup bermasyarakat. Tak henti-hentinya undangan menjadi imam sholat, mengisi kultum, khutbah, dan menghadiri acara pengajian sekaligus kegiatan masyarakat. Maka diriwayatkan dalam ‘’sunah Abi Dawud dari Ibnu Umar rasulullah berkata barang siapa
diundang namun tidak memenuhinya, sungguh dia telah bermaksiat kepada Allah dan Rasulnya- Nya.’’
(3). Bila dia meminta nasihat darimu, berilah nasihat. Dalam menjalin keluarga di pesantren mahasiswa Azzakiyah perlunya untuk menasehati satu sama lain dalam kebaikan. Bermacam-macam kasus mahasiswa bunuh dari karena depresi, karena dalam psychology knowledge mereka yang tidak mau bercerita akan mengalami stress, sehingga perlunya untuk sharing satu sama lain walaupun hanya untuk mendengarkan dan meminta nasehat demi kehidupan lebih baik.
(4). Bila dia bersin mengucap ‘’alhamdulillah’’ maka bacakan untuknya ‘’ya harmukallah’’dalam sosial masyarakat ketika berbicara namun ingin bersin hendaknya menutupi hidungnya dan tidak boleh menoleh. Tindakan ini sebagai adab bermasyarakat agar air virus
tidak mengenai lawan bicara bahkan ketika bermajlis. Mereka yang bersin mengucap tahmid merupakan do’a yang harus kita doakan kembali.
(5). Bila dia sakit jenguklah, kekeluargaan dibangun dengan rasa peduli satu sama lain. Bila ada teman atau masyarakat sakit maka sunnah kita untuk menjenguknya. ‘’Di riwayatkan jami’ At-Tirmidzi mendengar rasulullah mereka yang menjenguk saudaranya yang sakit maka 70.000 malaikat akan mendoakanya’’ kita hadir menanyakan keadaanya kemudian mendoakanya.
(6). Bila dia meninggal dunia, antarkanlah jenazahnya. Tidak hanya mendapatkan dua pahala sebesar gunung, namun rasa sosial adab yang kita bangun pada masyarakat. Hendaknya kita peduli terhadap sesama masyarakat sebagai jalinan melahirkan ukhuwah Islamiyah. Mereka yang hadir dalam proses mengsholatka hingga proses pemakaman merupakan bentuk dari pengamalan hadist kitabu’ jami’.
Dalam mengamalan hadist kitabu jami’ di pesantren mahasiswa merupakan jembatanuntuk menyeimbangkan nilai intelektualitas dibarengi dengan nilai spiritualitas. Rasa sosial yang melahirkan ukhuwah Islamiyah dan menerapkan adab-adab dalam masyarakat melalui implementasi dari kitabu jami’.
Akh Arif
S2 Ilmu Pendidkan Sosial UNY
Mahasantri Pondok Mahasiswa Azzakiyyah