Inpiras Amalan Qur’an
Rilis : Selasa, 31 Januari 2023
Dimana Posisi Anak Kita Dalam Al Qur’an?
Pemuda kita esok adalah anak kita hari ini. Anak kita hari ini adalah pemberian dari Allah Yang Maha Bijaksana dalam menentukan takdir untuk setiap orang. Setiap kita tidak akan pernah tahu dengan pasti akan seperti apa anak kita, kita hanya bisa percaya bahwa apa yang ditakdirkan Allah adalah yang terbaik untuk kita saat ini.
Ada diantara kita yang memiliki anak dan bahagia dengan anaknya karena kebaikan anaknya. Misalanya melihat anaknya sholat, mendengar anaknya ngaji al qur’an, melihat anaknya berakhlak baik, melihat anakanya dakwah di masyarakat. Pasti rasanya bahagia dan membahagiakan, makin kita pandang prilakunya makin indah kiranya, seperti qurata’ayun sejuk dipadang mata. Bahkan kehadiranya mereka seakan menjadi perhiasan tambahan buat kita karena adab dan akhlaknya. Mereka layaknya zinatul hayatid dunya, perhiasan dunia yang menambah keindahan dunia kita.
Ada juga diantar kita yang memiliki anak namun harus bersabar dengan keadaan anaknya. Imannya lemah, akhlaknya kurang baik, adabnya belum mapan, kemandirianya belum banyak, komunikasinya kurang, penghormatanya pada orangtua seadanya. Seakan – akan Allah jadikan ia fitnah (ujian) untuk kita, apakah kita bersabar atau sebaliknya dengan anak kita. Bahkan kadang kehadiranya seperti ‘aduwwan, yakni musuh bagi kita karena prilakunya dan ketidaktaatanya pada Allah.
Ismail putra nabi Ibrahim alahissalam adalah gambaran anak yang menjadi qurrota’ayun (penyejuk pandangan mata) dan perhiasan kehidupan dunia yang baik. Yusuf putra nabi Yakub alahissalam adalah gambaran anak sebegai ujian, dan kita tahu ujian tersebut atas nabi Yakub. Sedang Kan’an putra nabi Nuh alahissalam adalah gambaran nyata anak sebagi musuh orangtuanya.
Allah tegaskan posisi anak dengan orangtuanya dalam Al Qur’an sesuai yang telah disampaikan di atas. Pertama posisi anak sebagai penyejuk pandangan;
وَٱلَّذِينَ يَقُولُونَ رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَٰجِنَا وَذُرِّيَّٰتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ
Dan orang orang yang berkata: “Ya Tuhan kami, anugrahkanlah kepada kami isteri-isteri kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami) (Al-Furqon : 74)
Kedua posisi anak sebagai perhiasan dunia;
ٱلْمَالُ وَٱلْبَنُونَ زِينَةُ ٱلْحَيَوٰةِ ٱلدُّنْيَا
Harta dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan dunia (Al Kahfi : 46)
Ketiga posisi anak sebagai ujian;
إِنَّمَآ أَمْوَٰلُكُمْ وَأَوْلَٰدُكُمْ فِتْنَةٌ
Sesungguhnya hartamu dan anak-anakmu hanyalah cobaan (bagimu) (At-Taghabun : 15)
Ke-empat posisi anak sebagai musuh
يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوٓا۟ إِنَّ مِنْ أَزْوَٰجِكُمْ وَأَوْلَٰدِكُمْ عَدُوًّا لَّكُمْ فَٱحْذَرُوهُمْ
Hai orang-orang mukmin, sesungguhnya di antara isteri-isterimu dan anak-anakmu ada yang menjadi musuh bagimu maka berhati-hatilah kamu terhadap mereka. (At-Taghabun : 14)
Lantas dimana posisi anak kita?. Bisa jadi pada beberapa posisi tersebut anak kita berada. Doa dan ikhtiar yang harus diistiqomahkan. Keyakinan dan harapan selalu kita kuatkan, karena sejatinya tidak ada yang tetap di dunia ini. Yang sholeh hari ini belum tentu sholeh esok harinya. Yang tholeh (tidak sholeh) hari ini belum tentu tholeh esok harinya. Semua bisa berubah. Pendidikan, pembinaan, pengarahan dan pendampingan semoga menjadi sarana bersama dalam usaha memposisikan anak menjadi anak yang qorota’ayun dan perhiasan dunia yang baik untuk kita. Aamiin
Ust. Tulus Prasetyo, MBA
Pesantren Azzakiyyah