Bismillah. Alhamdulillah, pengalaman bertemu dengan orang yang merasa dirinya mengalami salah satu dari prilaku “LGBT” tidak hanya sekali. Kebanyakan mereka bertemu dalam keperluan terapi, mengkonsultasikan apa yang sedang mereka rasakan dan mencari pilihan terapi yang cocok untuk dirinya. Pada kondisi tersebut mereka mengakui bahwa “LGBT” adalah penyimpangan dan mereka ingin kembali. Dari mereka inilah kami tahu ternyata “LGBT” bagi mereka adalah penyakit, karenanya mereka perlu dukungan untuk keluar dari kondisi tersebut.
Kesempatan lain juga dipertemukan dalam forum besar, forum akademik. Narasumber utamanya adalah seorang yang berprilaku “LGBT”. Narasumber tersebut mewakil organisasi yang mengurusi “LGBT”. Berbeda dengan yang konsultasi mengeluhkan kondisi “LGBTnya”, narasumber ini menyampaikan bahwa kondisi mereka “LGBT” adalah bagian dari kodrat yang harus dijalani. Menurutnya dia tidak minta untuk memiliki ketertarikan pada sesama jenis dan berprilaku berpenampilan layaknya lawan jenis. Rasa tersebut muncul bersamaan saat dia lahir dan tumbuh dewasa. Disini nampak bahwa narasumber tersebut ingin berpesan bahwa “LGBT” adalah normal, dan bagian dari pilhan kehidupan.
Nampaknya ada kelompok yang menganggap bahwa LGBT adalah penyimpangan, dan ada kelompok yang menganggap bahwa LGBT adalah kewajaran. Semuanya tentu beralasan, dengan alasan masing – masing. Jika ditanya benar mana? LGBT benar penyimpangan atau kewajaran?. Makan dilevel kebenaran pribadi (benarnya diri sendiri) orang bisa bilang LGBT penyimpangan, orang bisa bilang LGBT kewajaran. Jawabanya tergantung dari modal kesucian dan pengalaman hidup masing – masing. Dilevel kebenaran inilah semuanya kembali pada cara pandang seseorang akan LGBT.
Jika anggapan terhadap LGBT dinaikan penilainya, dinilai dari dari pandangan orang banyak tentu akan berbeda lagi. Kebanyakan orang apakah menilai LGBT penyimpangan atau LGBT kewajaran?. Dilevel inilah ketemu istilah kebenaran kolektif, yakni benarnya orang banyak. Jika orang banyak beranggapan LGBT penyimpangan, maka LGBT adalah penyimpangan. Jika orang banyak beranggapan LGBT adalah kewajaran, maka LGBT adalah kewajaran. Karena benar salahnya diukur dari banyaknya orang yang mengakui kebenaran dan kesalahan kondisi tersebut. Kebenaran dilevel inilah yang sedang diperjuangkan oleh kedua kubu. Karena jika banyak yang tidak mendukung maka LGBT adalah penyimpangan dan jika bayak yang mendukung maka LGBT adalah kewajaran. Wajar jika orang banyak gaduh ketika muncul LGBT di medsos. Karena jika tidak gaduh dikira orang banyak menerima LGBT sebagai kewajaran.
Jika dinaikan lagi penilainya di level benar menurut agama, benar menurut Allah. Maka LGBT jelas meyimpang, bahwkan dijadikan salah satu sebab turunya adzab dari Allah. Logika agama dan logika kehidupan tidak akan pernah menerima LGBT sebagai kewajaran. Prilaku LGBT memang ada, tapi adanya sebagai kondisi yang perlu untuk dibina dan diterapi, bukan ada untuk diterima sebagai kewajaran yang perlu dijaga dan dikembangkan. Kalau dipaksakan secara kolektif (banyak orang) agar menggap LGBT wajar, pasti akan banyak rusaknya daripada baiknya.
Kami berdoa, semoga Allah berikan hidayah pada kita semua sehingga Allah berikan kita kebenaran sejati, yakni bukan benar menurut diri sendiri, bukan benar menurut orang banyak, tapi benar menurut Allah dan RasulNya. Berharap hidayah turun pada kita semua. Aamiin. Semoga Allah menjada keluarga kita dari penyimpangan LGBT. Aamiin. Semoga yang sedang diuji dengan LGBT diberikan kesabaran, semangat yah, perjuangan untuk kembali bernilai ibadah. Aamiin