Alhamdulillah, saya selesai menamatkan pasca sarjana di UGM dengan konsterasi ilmu “Sumber Daya Manusia (SDM)”. Kesyukuran besar bisa selesai di masa pandemi, selesai dengan tepat waktu. Banyak kesan dari para dosen dan buku bacaan terkait tema “SDM atau Modal Orang”. Kesimpulan tetap sama sebelum saya masuk ke kampus dengan biaya persemester yang bisa buat beli sepeda motor baru. Kemajuan di bidang apapun berawal dari Orang (SDM). Modal yang paling penting untuk membangun apapun adalah modal orang. Negara akan kuat jika orangnya kuat, masyarakat akan hebat jika orangnya hebat, keluarga akan berjaya jika orangnya berjaya, pribadi akan sukses jika terus meningkatkan kemampuan diri.
Sebagai da’i (yang bilang kiyayi pas di pesantren, kalian semua adalah da’i) yang terpikir bukan hanya ini ilmu bagus, ini ilmu mencerahkan, tapi juga terpikir gimana pemahaman ini bisa tersampaikan ke banyak orang terlebih orang lemah yang sering terpinggirkan di panggung kehidupan. Karena kesadaran kami saat nyantri, yang kita harapkan bukan hanya keinsafan diri, kepandaian diri, kekuatan diri, tapi keinsafan bersama, kepandaian bersama, kekuatan bersama. Lebih – lebih dalam ilmu dan amal yang akan memberi solusi dari banyak masalah di kehidupan kita, baik dalam tataran pribadi, keluarga, masyarakat, maupun berbangsa dan bernegara.
Terus berusaha gimana caranya memahamkan mereka yang lemah iman, lemah ilmu, lemah harta, lemah sosial (jaringan) akan pentingnya kesadaran membangun diri membangun orang membangun sumber daya manusia yang baik. Tidak mudah memahamkan jika membangun orang, membangun manusia perlu pengorbanan dan modal, baik modal pikiran, waktu, dan harta. Hal ini saya rasakan lebih sulit daripada menyampaikan ke “mereka” jika ingin bangun rumah bagus perlu dana segini, jenis kramiknya ini, pakai semen ini, pakai kayu jenis ini, dll. Jika ingin makan enak bisa ke warung ini warung itu.
Sulit rasanya memahamkan jika uang keluar untuk membangun orang lebih penting daripada membangun bangunan dan mencoba masakan enak dengan harga wah. Padahal, jika kita paham akan pentingnya dan perlunya membangun orang akan banyak hal yang bisa kita selesaikan.
Contoh saja, ada anak seorang tukang becak, yang bapaknya paham akan pentingnya membangun orang. Ketika anaknya bilang mau kuliah (mau belajar), bapaknya bilang “Daftar saja ke kampus, pilih kampusnya, nanti bapak carikan uang”. Tak paham beasiswa, adanya hanya tekad membangun orang. Ternyata anaknya selesai kuliah, dan sekarang punya usaha dengan beberapa kariawan. Nyatanya anak tersebut sedikit banyak merubah cara pandang keluarga tukang becak tersebut, termasuk merubah nasib keuangan dan sosialnya.
Lalu gimana caranya memahamkan ini ke orang lemah yang jumlahnya masih banyak, bagaimana agar mereka tahu, kemudian mau, dan mampu membangun manusia “anggota keluarganya” untuk terus tumbuh dan berkembang?. Sedang lingkungan sekitar pastilah belum tentu kondusif. Disinilah saya bertanya – tanya “gimana caranya?” karena whynya sudah jelas buat kita semua. Mohon masukan dan saran semuanya. Karena untuk masalah ini, belum cukup jika hanya mengandalka ijazah MBA.
Terimakasih Guru Online (izin secara sepihak) yang sering kami baca status dan buku – bukunya terkait tema SDM dan Pemberdayaan. Izin mencatut namanya di postingan ini Ust.
Rendy Saputra coach
Armala . Kami berhutang ilmu dan inspirasi yang sangat banyak.