Renungan dan Pelajaran dari Abuya KH. Mahfudz Syaubari. MA
Abuya KH. Mahfudz adalah pimpinan pondok pesantren riyadlul Jannah Pacet Mojokerto. Salah satu karya beliau yang dikenal di khalayak umum adalah syair kebangsaan. Syair yang berisi nasehat, pengingat, dan motivasi untuk perjuangan, kecintaan, dan kemandirian bangsa dan negara. Beliau menyampaikan beberapa nasehat dalam acara silahturahmi yang diadakan oleh Forum Maahid Qur’an Indonesia (FORMAQIN). Berikut beberapa kesan dari nasehat beliau yang kami catat, semoga bermanfaat untuk umat islam. Aamiin
Menyatukan dan Menjaga Persatuan Umat. Potensi umat islam sangat besar, potensi dalam berbagai bidang kehidupan. Potensi dan peluang perlu untuk disinergikan agar menghasilkan manfaat yang lebih besar untuk umat islam. Hal tersebut tidak mungkin bisa dilakukan jika tidak ada usaha untuk menyatukan dan menjaga persatuan umat.
Bumi ini milik Allah. Bumi yang sangat luas ini adalah milik Allah yang Allah wakilkan pengeloaanya pada manusia. Manusia sebagai seorang kholifah di bumi harus berusaha memberikan manfaat yang sebanyak – banyaknya dari apa yang Allah berikan. Jangan biarkan bumi dikelola oleh orang yang tidak baik, orang membawa manfaat sedikit ke umat dan banyak membawa keburukan ke umat.
Ajarkan Kemandirian. Dalam syairnya beliau menasehatkan, jangan bangga diberi kerja betulakan agar bisa menyantuni. Tujuan tarbiyah (pendidikan) banyak, salah satunya yang penting adalah kemandirian. Kemandirian umat bisa dimulai dari kemandirian kiyayi, pesantren dan santri.
Punya apa?, Bisa Apa?, Mau Apa?. Cerita tentang bagaimana beliau mentarbiyah seorang pegawai yang dulunya bekerja di salah satu jaringan restoran terbesar di Indonesia. Ketiak pegawai tersebut datang ke beliau dan mengutarakan mohon petunjuk karena sudah dikelurkan dari pekerjaanya, beliau bertanya dengan “punya apa kamu?”, ia menjawab “tidak punya apa – apa.”, Beliau bertanya lagi, “Bisa apa kamu?”, ia menjawab “saya dulu menejer di restoran ini, dan dapat peringkat terbaik ke tiga menejer terbaik se-Indonesia di restoran A.”. Akhirnya beliau arahkan yang kemudian bisa dapat pekerjaan dan memberi pekerjaan dengan penghasilan 5 kali lipat disbanding waktu kerja dulu.
Ketawadhu’an yang natural. Kesan ini yang kuat terpancar dari beliau. Didepan kami semua yang masih muda – muda, beliau memanggil kami para kiyayi. Kalimat – kalimat yang beliau sampaikan penuh kesan dan makna akan kerendahan hati. Rasa kasih dan sayang bisa kami rasakan dari hati beliau meski hanya duduk bermajelis. Sering beliau tekankan bahwa semua ini karena karunia Allah bukan hanya karena kecerdasan dan kekuatan manusia semata.
Akhiran kita berdoa semoga Allah mudahkan kita meneladani kebaikan beliau dan mampukan kita meneruskan perjuangan beliau, kemandirian untuk umat dan bangsa yang kita cintai.
Tulus Prasetyo
PPTQ AZZAKIYYAH GANJURAN